di sudut dunia, ada seorang lelaki,
mengisak tangis yang mengangga , terhantam riuh nya kerikil derita yang ada pada
raga, melirih sendu, membuat aksara mendayung dalam dekapan sang sepi. Terpontang – panting terpanah asa yang tak pernah jadi rasa, diksi
kini terpana dalam poros dramaturgi mencari cinta yang terbunuh pena, dinamika
bagaikan bianglala tanpa tusukan jari
yang memberikan tinta nurani, semuanya hilang tanpa melontarkan basa basi, menelantarkan
jiwa tanpa kata peduli, terpanah ego yang terlalu tinggi membunuh transisi
membuat isi kepala jadi sunyi, sepi, semuanya mati, kini aku terpaku dengan
diriku sendiri, mebuka kata melawan realita
dengan apa yang ada di isi kepala, sampai kapan aku berteman dengan sepi , aku
sakit dan aku berdarah .
aku kehilangan jati diri terbawa
objek transisi yang penuh luka dalam dialektika, membuncah imaji menolak terapi
untuk melawan dogma yang sepi, aku mati
dalam ramai, aku lupa dengan cinta, aku sepi, Bantulah aku dengan nurani bukan
ambisi, jangan biarkan aku terbakar dengan jeritan yang patah, aku tidak bisa keluar sendiri , karena aku
bukan jiwa pembalut diksi.
Aku haus kasih sayang, aku muak
jadi jiwa yang sering terbuang, kini setiap
langkah hanya membuat jiwa terpana dalam luka, meraung kata merobek mimpi tanpa
aksara, suaraku membuat mereka jadi
fana, aku bosan dengan bayangan semu yang tak paham dengan jiwa yang rapuh, Kemana
lagi kubawa tubuh yang penuh luka ini, aku sudah bosan dengan sepi , jangan
biarkan aku terbentur dengan hati yang sunyi, apa aku harus mati dalam keadaan
depresi.
Aku tidak mengerti dengan diriku
sendiri
Mengapa ketika mereka hilang selalu
memberikan karang
Mengapa cinta hanya jadi lara
Mengapa aku tidak ijinkan untuk
memeluk orang yang disayangi
Mengapa semuanya menolak aku yang
penuh luka ini
Mereka memudar, aku menghilangkan
diksi yang penuh arti,dan peluk mencibir sepi tanpa arah,
Aku hanya ingin menjadi manusia
biasanya merasakan cinta mengobati luka untuk bahagia.
Bantu aku untuk hidup, menari dalam
diksi mengabarkan sajak, “hidup untuk menghidupkan”
Untuk jiwa jiwa yang teraniaya oleh rayya yang penuh sandiwara.
Bandung sore hari, 28 April 2019

wow
BalasHapus