Minggu, 28 April 2019

Tidak usah pergi untuk dicari


Diksi ini memang terlahir dalam sepi, menyukat ego akan kesalahan dalam diri, Kenangan kita kini mulai terkikis oleh bingkai kebohongan , saling menutup lara terbawa akan biusnya luka. Dan akhirnya kita terpana dengan percikan bayang yang dirindukan, kau memilih diam dengan luka, kau memilih bisu dengan lara dan kau lebih memilih lenyap pada sang cinta, aku yang berjuang melawan diam untuk melompat pada suasana sunyi, aku yang berkata merangkai diksi agar kita bahagia dan aku masih ada untuk kisah kita berdua, jangan pernah pergi untuk dicari apalagi diam untuk dihidupi, jangan pergi setelah menghakimi intuisi, kau dihadirkan bukan untuk melukai.

Kembalilah dari ruangan yang semu jangan terlalu lama menoleh bayangan fana kau hanya akan dibuat tak berdaya, kau akan sepi dan kau akan mati, memang benar, kebohongan tidak akan pernah berteman dengan kebenaran, tapi kau berhak  untuk memperbaiki, kau berhak untuk bahagia dan kau berhak untuk menolak sepi, Hiduplah untuk menghidupkan jangan hanya hidup untuk kegelapan, menarilah dalam diksi bukan mengobati luka untuk pergi dan sunyi.

Katamu , “manusia yang dilahirkan tuhan tidak ada sia sia”, mengapa kau membungkam mulutmu sendiri , mengapa kau jadikan malam tanpa bintang, mengapa kau diam membisu, mengapa !. Aku hanya ingin berjalan berdua tanpa tanya, tanpa sayup rindu yang jadi karang, aku bukan musuhmu yang bisa diajak perang, aku hanya jalang yang mencoba menuliskan kisah yang dirindukan.

Kita berhak untuk bahagia menari dalam pena menyukat warna yang penuh kegelisahan, kita berhak untuk bertatap tanpa ratap melukis kisah yang harus di perjuangkan, kembalilah menjadi manusia yang manusia meluruskan nurani tanpa ambisi, memotret asa agar jadi rasa yang tercipta.
Kembalilah dalam poros perjuangan jangan biarkan aku hitam sendirian, jangan biarkan aku hilang dalam kesepian, jangan biarkan aku sunyi untuk kesendirian, temani aku untuk menghilangkan luka dalam kisah kita berdua.

Aku hanya ingin mengatakan jangan pernah pergi untuk dicari.


Bandung, 28 april 2019
                                                                                                                                                  

                                                                                                                                Aditya Permana 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...