Minggu, 12 Januari 2020


Semuanya sudah jelas, tidak usah mencari, paradigma yang telah di genggamnya membuat langkah-langkah hipotesis sendiri, politik balas budi telah menggambarkan pola-pola kekuasaan di dalam diri, tenang saja setelah ia menguasai semuanya, saya telah hilang dari keramaian, bahkan dalam cita-cita saya sendiri, adikuasa ini secara tidak langsung memaksa ia masuk ke dalam pusara yang membuat menara. 

Ia pun Tidak hanya diam dan melihat saja,  bahkan puluhan urgensi memaksa jiwa ter-eksploitasi alam raya ini, lembar demi lembar telah di bakarnya. 

Sorak demi sorak terdengar pada ruangan dramaturgi yang berpura pura menjadi manusia adil dalam pikiran, ia menjadi angkuh pada jiwa dan hati nya sendiri, sejak pemuda yang tidak jelas itu menerkam ia, hancurlah sudah, hancurlah sudah..
Namun, akan ku biarkan dia bermain pada peranan nya sendiri,  aku lihat komoditas - komoditas itu ber-ucap bahkan berjanji pada politik balas budi.

Andaikan serangkaian konotasi dapat terdengar hingga pintu rumahmu,  aku hanya ingin mengatakan kepada ia, "kau itu terpelajar cobalah bersikap adil sejak dalam pikiran", dan tidak hanya itu saja, akan ku katakan pada rahimu yang paling suci, "cobalah duduk sebentar dan pahami,  jangan berlari tanpa berjanji apalagi membuang dan menghakimi. 
Aku katakan, aku dan ia berhak merdeka sejak dalam pikiran ataupun bayangan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...