Jumat, 16 Agustus 2019

Rindu yang menggugat #34


Burung burung sirna sarangnya rembulan
Perampasan sandang pangan kemanusiaan
Orang orang diam enggan bersaksi
Jeritan sukma harus dikabarkan
Surat surat terbang ke arah kenangan kian senandung
Rindukan nyawa yang sejahtera
Yang abadi hanyalah puisi 
Kelopak sutra mengirim doa pada dewa peradaban

Seperti ilusi melawan lubang depresi
Menghadirkan dendam malam pada telaga
Murungnya juang di tepi
mengunyah gugatan yang abadi
Tongkat loreng tegak berdiri di pusat jalanan
Menghakimi luka,  duka dan lara
Bahwa kebebasan kini hilang dalam meja makan penguasa
Tak ada lagi rindu yang disuarakan
Kembang kamojang mulai terhanyut ke dalam air mata bumiputera
Suara suara reformasi hilang dalam perut keroncongan
Ejakulasi sejak dini terhantam pintu kebodohan
Lembar-lembar buku hilang ditelan robotnya korporat yang berdasi

Maka, hanyutkan saja gugatan rindu ini pada perlawanan dan perjuangan, dan darah juang ini akan mengalir ke dalamnya, bersama aib para leluhur yang buta membaca dan selalu di tikam penindasan oleh kaum berseragam. 

Gemuruh rindu pada samudera awan
Membuat cinta ini tumbuh dari sesak -  sesak perjuangan jiwa yang ingin merdeka raganya.
Aditya permana
Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...