Senin, 28 Januari 2019

Garuda bukan gagak kepala dua


Garudaku bukan burung perkutut
Garudaku bukan burung yang hinggap di jendela lalu mati karena giginya tinggal dua
Garudaku sudah tua namun tetap gagah walau pemuda tak mengerti tentang arti pancasila

Ada cerita dalam rumah garuda
Dimana marsinah berjuang menolong suara suara buruh yang ditelan pengusaha tapi marsinah mati dalam senjata senjata serdadu badut penguasa

Ada cerita dalam rumah garuda
Dimana mahasiswa bersuara lantang melawan kemiskinan tapi mereka hilang tanpa ada kabar

Ada cerita dirumah garuda
Dimana seorang wartawan mengabarkan kebenaran tapi dalam pagi ia mati dalam rumah idaman

Ada cerita dari papua sana
Pemuda berjuang melawan kapitalis namun media tak pernah mengabarkan kebenaran yang terjadi disana

Ada kabar juga dari bandung
Rakyat diusir paksa dalam program yang tak memanusiakan

Ada kabar  dari arab sana 
Dimana tkw dihukum mati tak ada bantuan seperti hal dimana orang orang melakukan aksi untuk organisasinya sendiri

Ada kabar dari orde lama dimana berjuang untuk manusia lalu hilang akan rakusnya penguasa yang duduk lama di istana

Itulah cerita burung garuda

Garuda terbanglah melintasi cakrawala
Katakan pada marjinal bahwa kami tetap ada
Kami Berjuang dalam kata walau bayang bayang mati yang akan kami terima

Garuda terbanglah untuk sabang sampe marauka
Kabarkan padanya bahwa kami masih ada
Pemuda yang hadir dalam lorong hidup untuk menghidupkan walau hanya sebait kata

Untukmu penguasa kita ada dan berlipat ganda
Hey pemuda mari kita berjuang dalam kata
Karena kita hadir dari harapan
Wiji, munir,  anwar, dan rendra untuk perubahan nusantara
Panjang umur perjuang.....



Permata yang hilang


Andaikan puan mendengar jerita jiwa saya mungkin puan akan mengerti mengapa saya memilih menyepi?

Andaikan puan baik hati mungkin puan masuk akan menyadarkan saya dari sepi ini?

Andaikan puan mengerti mungkin tak ada lagi orang yang menggangu kesepian saya saat ini?

Puan sudahlah jangan berasumsi untuk satu sisi,  puan sudahlah jangan dengarkan apa kata mereka "ocehan mereka adalah senjata bagi dirimu sendiri".

Biarkan puan,  biarkan saya bercinta dengan sepi,  saya ingin menjadi dramaturgi yang mati dalam sepi

Biarkan saya sendiri puan,  biarkan saya belajar kesalahan saya sendiri

Saya sepi puan
Terdampar dalam dinamika yang begitu menyakitkan
Saya sepi puan
Satu persatu kini telah pergi meninggalkan saya sendiri di lubang yang sangat sepi ini
Saya sepi puan
Bercadar pada ketakutan yang selalu memuja memuji semi ironi

Puan aku sudah mati pada keramaian tertampar pada panggung yang belum pernah dilakukan

Puan aku sudah mati dalam kata cinta tergores pedang tajam menusuk intuisi bahwa tak ada lagi yang harus saya sakiti

Puan biarkan aku menangis
Iya,  menangisi hidup jiwa yang sepi ini
Puan jika aku benar benar mati
Kenanglah aku pada tempat keramaian
Bahwa ada lelaki jalang yang berjuang keluar dari lubang kesepian




Badut


Terlalu berharap dengan suara suara badut kebohongan
Suara suara mereka membuat kami lupa arti bhineka tunggal ika
Suara suara mereka membuat lupa tentang arti kemanusiaan
Mulut mereka tajam membungkam anak anak yang kelaparan
Tangan mereka kilat menampar biaya pendidikan yang tak mampu di bayar
Kaki mereka senyap meredam sejarah sejarah yang di paksa dilenyapkan

Saya sudah bosan dengan suara pilih saya atau itu
Saya sudah bosan melihat gambar gambar di paki di pepohonan
Saya sudah bosan melihat badut yang gila kursi

Badut itu memang gila iya,  gila kursi dan materi
Semakin gila semakin lupa
Bahwa hidup seharusnya untuk berbagi
Bukan merasakan untuk diri sendiri
Semakin gila semakin lupa
Bahwa hidup seharusnya menjujung
Toleransi bukan melibatkan ego diri sendiri
Semakin gilan semakin lupa
Anak seni dilarang mengkritisi
Hati hati bung kami ada dan berlipat ganda
Kami akan terus memburu hingga benar benar kau sadar dalam kesadaran

Aku malu jadi mahasiswa
Bukannya belajar malah sibuk main instagram
Aku malu jadi mahasiswa
Bukannya membaca malah sibuk peperangan
Aku malu jadi sarjana
Bukannya bawa perubahan
malah mabuk akan gelar
Aku malu jadi sarjana
Aku malu jadi pemuda
Bukannya mengembangkan desa
Malah menculik kembang desa
Aku malu jadi pemuda
Bukannya belajar tentang lambang garuda
Malah mencoret arti bhineka
Aku malu jadi pemuda

Bukannya menjaga rayya
Malah membenci antar agama
Aku malu pada pendiri nusantara
Bung maafkanlah kami,  karena kami sudah terlahir jadi pemuda yang buta membaca
Bung maafkanlah kami
Kami sadar,  tapi kami dipaksa mati dalam kenyamanan

Bung maafkanlah kami
Kami berjuang,  tapi kami mati dalam tontonan telenovela yang tidak bermateri
Bung maafkanlah kami
Kami berlari,  tapi kami ditembak orang orang yang berdasi
Bung maafkanlah kami
Kami turun kejalan,  tapi kami hanya diajarkan untuk membakar ban
Bung,  aku malu jadi pemuda
Andaikan munir,  wiji dan rendra masih ada
Mungkin aku tidak berjuang dari ada ke tiada... 




Senin, 07 Januari 2019

Romansa Senja

Ada cerita dalam pagi itu dimana kalimat dilontarkan dengan nada romansa “ ini mau sampai kapan?”, aku tersontak dan terpukul sejenak dengan kalimat itu,  terdiam, bukan tentang pagi yang menyenangkan ini tentang kegelisahan intuisi, diujung takdir sepi membayang hingga ufuk lelah terasa mencumbu tubuh menumpah gelisah yang mengamba, kegelisahan puan mengharapkan bahwa tuan harus hidup dalam kesahatan bukan kesakitan, tapi aku tidak sakit puan, aku hanya sedang berjuang menciptkan ruangan , yang semestinya aku harus ucapkan terimakasih untuk pagi itu.
Puan yang sakit itu hanya ragaku, bukan jiwaku, aku masih hidup puan, aku masih punya gairah tapi aku masih ada resah yaitu aku masih hidup dalam harapan dan kata kata, kembalilah dalam kalimat yang kau lontarkan pada pagi itu, iya kata-kata dalam pena, aku rindu puan.
 Jiwamu adalah hidupku, hatimu adalah rasaku, ragamu adalah wujudku ,hasratmu adalah harapanku dan hidupku ini hanya untukmu.
Kesumbangan dalam pikiran, hati dan jiwa hampir seperti orang gila yang tak punya karya. Ia aku merasakan itu.
Aku malu puan, memberi sarapan pagi dengan diksi yang membuat aku sepi, puan aku tidak ingin menjadi bintang lapangan, aku hanya ingin kamu kenal, sosok yang kenal bahagia dan kenal juga menjaga.



Puan jika kamu memilih untuk menghilang,yang harus kamu tahu perasaaan justru  aku bahagia , jangan tanya mengapa, justru aku bahagia dalam pilihanmu puan , puan selamat berjuang dan aku masih masih tetap disini walau berteman dengan jiwa sepi,
Aku masih sepi , sepi dalam kerinduan yang kamu lontarkan “ jaga kesehatan dan jangan lupakan” , sebetulnya aku tau , dibalik diksi itu , puan memiliki ribuan romansa yang belum diadakan.
Sudahlah jangan membohongi diri sendiri puan !!!.
Sebenernya aku malu ketika banyak gadis menghampiriku, namun mataku masih tertuju padamu puan, hatiku masih padamu dan kakipun masih disana.
Aku tahu, cinta adalah jalan yang menuntunku keliang kubur,  karena tak ada jalan lagi selain itu, karena aku yakin puan masih tetap mencintai sepi dan diksi.
Kamu pernah mengucapkan ,“ aku tunggu  kamu disini”, aku memang akan kesana puan tapi mengapa saat ini kamu menghilang.
Saat ini puan memang hilang , tapi semoga senyummu itu merangkai diksi demi diksi agar terbentuk menjadi puluru kebaikan, ya kuharapun  begitu.
Puan tetaplah menjadi seorang puan dimana masih mengingatkan kalimat, jangan lupa makan pada sang tuan.






Selasa, 01 Januari 2019

Untukmu Bandung


Banyak orang yang menghabiskan waktu untuk pergi ke luar negeri
Tapi aku ingin habiskan waktuku denganmu sayang
Memandang lukisan dibraga di depan gedung roti madre singasana

Banyak orang orang pergi keluar kota untuk menyepi
Tapi aku ingin habiskan waktuku denganmu sayang
Memandang tugu api agar kita tidak lupa sejarah.

Ayok sayang, 
Aku rindu dikala kita makan bersama dengan korban penggusuran di kota kembang
Aku rindu sayang
Sayang kamu pernah bilang "lebih baik mati daripada mabuk pada kecantikan"




Bandung 25 september,  dini hari

Krakatau

Aku tau kamu merindukan ibumu
Tapi apa pantas kemarahanmu membunuh manusia
Aku tau banyak manusia merusak sumber dayamu
Tapi maafkanlah mereka

Krakatau jangan marah pada bumi ini
Hentikan amarahmu detik ini juga
Krakatau,  jadilah seperti tambora dimana ada kasih sayang yang melegenda

Krakatau apa kau tega,  melihat bocah yang tidak bersalah di tinggal ibu dan bapaknya
Jika semua ini adalah kesalahan manusia yang bersalah,  maafkanlah mereka dan kami

Krakatau di esok hari aku ingin melihat jiwamu penuh kedamaian bukan kesakitan

maafkanlah kami... 


Kota kembang dalam pelukan si sayang


Bila bukan pada kamu
Untuk apa kalimat kalimat lahir dari kecanduan
Bila bukan kamu
Untuk apa diksi ini terlahir dari kegelisahan
Bila bukan kamu
Untuk apa pena ini menari dari gelapnya kota kembang
Bila bukan kamu
Untuk apa aku berjuang dalam kamar yang penuh lukisan

Sayang,  iya kamu sayang
Mampirlah dalam hayalan
Katakan bahwa kamu memang sayang
Katakan sekali lagi bahwa kamu memang sayang
Tenangkan jiwaku,  tenangkan sayang
Jadilah obat dari imaji yang terlalu liar
Sayang bangunkanlah aku dari kata senja yang terlalu alay

Sayang tetap sadarkan aku pada jalur yang liar... 
Liar akan kebaikan liar juga pada kemanusiaan
Cukup sayang,  jangan terlalu lama dalam hayalan
Aku ingin kembali sadar
Dan berjalan bahwa masih banyak kerusakan di kota kembang....




Bandung, 27 desember 2018 malam hari

Resah dalam kata cinta



Cinta cinta apa yang harus saya katakan tentang cinta padamu puan
Aku memang cinta namun aku bukan pujangga yang pandai berkata dalam kata cinta
Puan cinta itu bukan untuk dijelaskan tapi di rasakan
Puan aku memang cinta
Tapi untuk apa aku perlihatakan pada maya yang penuh fana
Puan aku ingin cinta kita tertanam pada pena yang selalu mengetarkan jiwa

Dari cinta kita orang orang dapat bangun dari kesakitan
Dari cinta kita orang orang bisa lepas dari kelaparan
Dari cinta kita orang orang mau melawan kemiskinan
Dan dari cinta kita pun orang orang berhenti mabuk pada kekayaan...
Puan aku ini cinta kamu dan kemanusiaan... 
Karena aku ingin kita menjadi sepasang kekasih yang terikat dalam keresahan bukan kesombongan....


Bandung,  30 desember 2018 malam hari.

Catatan segelas kopi


Orang orang lebih bangga nyanyi lagu korea
Dibandingkan lagu indonesia pusaka
Orang orang lebih bangga mengahafal artis korea atau amerika
Dibandingkan mengahafal tentang budaya nusantara

Bla bla anak kecil deman lagu syantik
Remaja dibuat mati dalam tayangan vicky yang menyuntik
Ibu ibu dibuat tidur dalam tayangan si boy anak jalanan yang nyentrik

Lalu pemuda tidur lemas terlalu cape menyebarkan selfie untuk eksistensi

Kini suara wartawan bisa mati dalam satu golongan membantu serdadu untuk naik jabatan
Agama dijadikan alat untuk kesombongan
Berteriak dengan keras membangunkan anak yang tau bahwa arti tuhan itu penuh kedamaian bukan kebisingan... 

Iya inilah aku,  dimna aku sekarang hidup dijaman yang penuh kesombongan... 



indonesia butuh mahasiswa bukan masiwa


Aku malu jadi mahasiswa
Bukannya belajar malah sibuk main instagram
Aku malu jadi mahasiswa
Bukannya membaca malah sibuk peperangan
Aku malu jadi sarjana
Bukannya bawa perubahan
malah mabuk akan gelar
Aku malu jadi sarjana
Aku malu jadi pemuda
Bukannya mengembangkan desa
Malah menculik kembang desa
Aku malu jadi pemuda 
Bukannya belajar tentang lambang garuda
Malah mencoret arti bhineka
Aku malu jadi pemuda

Bukannya menjaga rayya

Malah membenci antar agama
Aku malu pada pendiri nusantara
Bung maafkanlah kami, karena kami sudah terlahir jadi pemuda yang buta membaca
Bung maafkanlah kami
Kami sadar, tapi kami dipaksa mati dalam kenyamanan

Bung maafkanlah kami
Kami berjuang, tapi kami mati dalam tontonan telenovela yang tidak bermateri
Bung maafkanlah kami
Kami berlari, tapi kami ditembak orang orang yang berdasi
Bung maafkanlah kami
Kami turun kejalan,  tapi kami hanya diajarkan untuk membakar ban
Bung,  aku malu jadi pemuda
Andaikan munir, wiji dan rendra masih ada
Mungkin aku tidak berjuang dari ada ke tiada

Bandung,   29 desember malam hari 



Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...