Sabtu, 26 Mei 2018

Harapan Bocah Kusam

bocah itu berjalan
menghampiri asap kendaraan
membawa sepucuk koran di tangan
keringatnya jatuh bergirai di trotoar jalanan
Terdengar kroncong perut yang penuh hayalan
mukanya lusung penuh harapan

dibalik warna merah bocah itu terhenti
berdoa dan mencari orang yang peduli
panasnya matahari tak membuatnya frustasi
agar jiwa dan raga tak mati suri

suaranya menari-nari dalam bumi
dari pagi sampai sore hari tak pernah terhenti
menawarkan koran demi sebuah rezeki
agar nasi dapat dibeli dengan keringat sendiri


Selasa, 22 Mei 2018

Dialektika

Suara lembut terdengar di penghujung malam
Merintih, menangis dan meratapi kehidupan
Terlempar dari kenyaman dan berpijak dalam kesakitan
Jiwa nya terpukul dalam keadaan
Nyaman kini tak nyaman

Malam ke malam ia selalu berangan - angan
Kini ia berteman dalam kesepian
Membuncah poros hidup yang terlalu dalam
Segelas kopi tak lagi membuat ia menjadi nyaman

Mimpi -  mimpi kini terperangkap dalam ketakutan
Terpenjara dari dogma - dogma hayalan
Memaki deru waktu dalam teriakan
Gaduhnya jiwa membunuh harapan

Angin malam menusuk kehidupan
Bintang malam kini tak lagi terang
Terdampar dalam lorong - lorong
Menampar isi otak yang terlalu kosong

Langkahnya kini menjadi kilat dalam perubahan
Doa doa nya cukup kuat agar tak mati dalam ketakutan
Wajah nya pucat dalam penyesalan


Senin, 21 Mei 2018

"Tak Perlu Mengkerdilkan Sisi Lain"

Ketakutan akan menjadi ketakutan
Jika hanya puan diamkan
Puan masih akan terlihat menjadi sampah
Dioyak - oyak tanpa dihargai oleh sesama

Tak perlu disesali karena perubahan bukan hanya tentang bergerak sekali jadi
Puan butuh waktu berjalan dalam perbedaan
Untuk mengasah imajinasi dan jati diri

Berhenti bicara tanpa aksi
Karena sama saja puan hanya mengunyah satu arti
Buka pola pandang yang berbeda
Untuk hal itu puan memang harus mengorbankan dan membunuh dalam hal keselarasan

Lipatkan pikiran tidak usah bercerita dalam cerita
Renungkan keinginan sapa intuisi dalam mimpi
Tidak usah berselimut dilubang ketakutan
Kembangkan keinginan yang tercipta dari sisi lain

Hilangkan jauh -  jauh kelam itu dalam perubahan
Temukan kebingungan dalam kalimat yang tak sempat terucap dalam ketakutan
Tidak usah berdamai dengan kenyamanan tapi berdamailah dengan tangtangan
Hey puan bangunlah karena revolusi tidak akan pernah hadir dalam tempat tidur yang nyaman



"aku dan kamu dalam kebohongan"

Aku memelukmu malam ini
Disaksikan bintang - bintang yang tidak pernah iri
Rembulan tersenyum bahwa ada bidadari yang sedang berseri - seri

Aku dan kamu memang belum pasti
Terperangkap imajinasi keluh kesah dalam dunia ini
Tulisanku terlalu cepat dalam hal asumsi
Kini tak ada lagi saksi dalam saksi

Hati memang hati
Tak ada yang perlu disalahkan dalam urusan hati
Namun senyummu tak akan pernah menjadi hakiki kala masih ada yang kau tutup -  tutupi

Kini tiada menjadi tiada
Tak ada senyum di antara kita
Ucapan bahagia hanya kebohongan semata
Tak perlu disesali karna kita memang di takdirkan dalam ruangan dramuturgi yang penuh drama

Tulisanku kini telah usai
Persimpang yang menjawab bahwa kita tak pernah di takdirkan untuk bersama

Rumahku kini menjadi rumah keheningan
Tak ada yang berseri dan tertutup oleh jati diriku sendiri.












Sabtu, 12 Mei 2018

Nur Hilal Dalam Kegelisahan #1


Terimakasih untuk hari itu
Bagi saya Ini bukan sebuah perjumpaan yang untuk dilupakan namun ini awal perjumpaan yang membuat saya belajar bahwa ini titik awal yang bisa membuat saya menjadi manusia yang manusia. 
Dari kesederhanaan mungkin manusia bisa lebih mengerti dengan keadaan namun dengan ketulusan apa yang kamu pertunjukan saya bisa lebih memahami dari sekedar kesederhanaan. 
Telah lama saya tertidur dalam keheningan,  tiba tiba kau datang seakan menampar jiwa ini untuk segera bangkit dari lubang itu, kamu memang hebat meski ku terlihat kotor namun kamu tetap saja merangkul dalam hal perjuangan diri.
Suara suaramu membuat hati bergemetar seakan membantu menghapus penyesalan yang telah terjadi. 
Memang kelamku masih kelam
Namun kau masih saja tetap singgah
Menunggu, seperti seorang bayi yang ingin berjalan namun perlu waktu yang tepat untuk hal itu.
Malam itu, katamu "kamu ini manusia,  berakal dan berfikir, kamu pasti tau mana yang terbaik mana yang bukan, namun, Jika kamu hanya diam saja dan tak berbuat apa apa, berarti kamu tak pernah memikirkam apa apa". 
Sontak jiwa ini merasa terpukul keras,  dan kuakui memang sampai saat ini aku masih belum bisa berbuat apa apa, penuh kebingungan dan penyesalan didalam diri.
Namun penuh kesabaran dan ketulusan suara suara itu terdengar dengan wajah serius ia bilang " jangan takut dalam hal apapun, kamu itu orang hebat,  namun kehebatanmu masih tertutupi oleh kebodohanmu sendiri, jadi sekarang aku minta ayo keluar dan berjalanlah".
Ia memang benar selama ini aku masih selalu memunculkan sikap yang bodoh.



Nur Hilal Dalam Kegelisahan

Hari itu jiwa yang resah mulai terpukul dengan latunan ayat ayat suci
Raga hitam mulai terbakar oleh kesejukan hati
Kaki mulai berjalan untuk perubahan diri
Dan menghapus luka memang perlu pengorbanan yang hakiki

Damaiku kini menjadi damai
Sederhana jujur dan apadanya
Membunuh rasa iri dan dengki
Menjadi senjata untuk dunia dalam dunia

Kini jiwaku merasa hidup
Terompang amping dalam kedamaian
Yang tiada habisnya


Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...