bocah itu berjalan
menghampiri asap kendaraan
membawa sepucuk koran di tangan
keringatnya jatuh bergirai di trotoar jalanan
Terdengar kroncong perut yang penuh hayalan
mukanya lusung penuh harapan
dibalik warna merah bocah itu terhenti
berdoa dan mencari orang yang peduli
panasnya matahari tak membuatnya frustasi
agar jiwa dan raga tak mati suri
suaranya menari-nari dalam bumi
dari pagi sampai sore hari tak pernah terhenti
menawarkan koran demi sebuah rezeki
agar nasi dapat dibeli dengan keringat sendiri
sejatinya perjuangan : Tidak ada manusia yang di lahirkan sia-sia, Aku mencintaimu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Surat untuk marsinar #2
Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...
-
Pada akhirnya kesepian jadi teman sejati, membanting raga yang sedang bermimpi untuk bangkit kembali, menusuk intuisi membuat nadi mati un...
-
Pelukan rimba hanya jadi pinus, tertusuk dunia kalut melontarkan kata yang hanya jadi pembalut, aku pergi membuang setiap keluh melawan dog...
-
Burung burung sirna sarangnya rembulan Perampasan sandang pangan kemanusiaan Orang orang diam enggan bersaksi Jeritan sukma harus dikab...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar