Sabtu, 15 Desember 2018

Perpustakaan berjalan yang membuat saya jadi manusia

Pada tahun 2016 awal mula saya mengenal mereka namun cara perkenalan kami sangat unik dimana pada masa itu saya masuk kuliah di salah salah satu universitas yang ada di kota garut meski pada tahun 2014  saya sudah merasakan bangku perkuliahan di kota bandung tapi banyak hal yang saya tidak ingin ceritakan disini ,kenapa saya tidak melanjutkan kuliah di bandung , langsung saja waktu itu saya sebagai mahasiswa baru dan mereka sudah semester akhir namun bagi saya itu bukan sebuah halangan untuk kami dipertemukan, karena dalam garis perjuangan memang tidak mengenal apapun kecuali hati yang benar benar tulus.
Banyak waktu yang sering kami habiskan bersama menjelajah realitas untuk didiskusikan pada meja semaunya , kenapa saya sebut meja semaunya karena setiap kami diskusi kami seirng mengluarkan keluhan apapun dengan semaunya, begitu pun dengan jawaban atau solusinya, kedekatan kami waktu itu sangat hebat dimana hampir setiap waktu dihabiskan dalam dunia pergerakan.  Kondisi kampus atau lingkungan yang membawa kami atau menampar kaki ini untuk berjuangan agar kesadaran itu memang benar benar bisa dihidupkan .

Saya ingin meperkenalkan satu persatu kawan saya di kota garut yang pertama saya biasa panggil ia alfi dia adalah sosok yang selalu mengeluti dunia visual kehebatannya pun tidak bisa saya ragukan lagi karena saya sudah merasakan membuat beberapa karya dengan dia.

yang kedua adalah boeng sidqi biasa saya sebut abang dia adalah sosok pemuda literasi yang selalu bergelut dalam diksi - diksi pramoedya ananta toer wawasan nya pun sangat luas dalam dunia literasi dan saya bangga bisa mengenal atau dijadikan sahabat saya sendiri.

yang ketiga adalah diki dia adalah salah satu pelopor yang membuat saya ikut terjun langsung kedalam dunia buku atau perpustakaan berjalan selain itu pun ia aktif dalam dunia musik dan baru sekarang saya menyadarinya bahwa ia adalah artis kota lokal.

yang ke empat adalah lutfi namun biasa saya panggil ia acil entah apa yang membuat saya memanggil dia acil mungkin karena kebiasaan banyak orang  memanggil ia acil dan dia pun orang pertama yang memberi nama panggilan mocil pada saya alasannya karena saya sedkit mirip dengan artis yang sering berperan di film hantu indonesia, acil ini tidak jauh bedanya dengan saya suka bercanda dalam apapun namun konsepsi diri yang acungi jempol dari kawan saya yang satu ini.

yang lima rekki dia adalah pemuda yang cinta pada dunia sastra saking cinta nya pada sastra dia sampe lupa bagaimana cara jatuh hati pada seorang wanita, saya sering habsikan obrolan malam dengan rekki mengupas tentang dunia sastra dan dunia sophie tidak hanya itu saja dia juga orang pertama yang memperkenalkan saya pada dunia teater saya bangga dengan kawan saya yang satu ini.

Yang ke enam dzikri dia adalah satu pemimpin organisasi periscope tapi saat ini saya tidak tau keberadaan periscope dimana mungkin diterpa angin kali ya boeng, tapi dzikri adalah sosok yang jenius ia selalu mengulurkan tangan untuk membantu apapun selagi ia bisa saya bangga pada anda boeng,

Yang ke tujuh adalah iqbal dia itu lelaki humoris tapi nganenin dimana setiap kami berkumpul selalu saja ada tingkah konyol ia yang membuat kami tertawa dan terbawa suasana untuk menertawakan kehidupan ini memang sungguh nikmat dan indah bila kegelisahan ini dihadapi dengan canda dan tawa bersama sama , dan saya ingin ucapkan terimakasih untuk kawan saya iqbal dimana sudah membuat tawa ini hidup kembali.

Dan terakhir adalah surri biasa saya panggi ui dia itu bukan mahasiswa garut tapi salah satu mahasiswa gawat upi bandung awal kenalnya saya dengan ia dimana pada waktu itu saya dikenalkan oleh rekki , acil dan alfi dia adalah sosok guru yang jadi inspirasi saya sendiri dalam dunia penidikan dimana sekarang ia sudah menjadi seorang guru yang baik bagi dirinya sendiri.

Kawan kawan saya memang hebat seperti yang dijanjikan sang pencipta bahwa manusia yang dilahirkan tidak ada yang sia sia begitu pula yang tertanam pada diri mereka masing masing, mereka semua hidup untuk menghidupkan, singkat cerita saya pergi mendahului mereka di universitas garut bukan karena saya diwisuda melainkan ada beberapa dialektika yang tidak bisa saya ceritakan disini, seperti halnya ditingal seorang kekasih selalu menangisi kepergian.

saya memutuskan untuk kembali ke kota kelahiran saya sendiri, saya ingin menenangkan raga ini yang telah terkoyak koyak masalah yang membuat saya tidak berjalan kembali di universitas garut. Mereka menyadari dan menyemangati saya ” kembalilah jika ingin kembali ini sudah menjadi rumahmu, dan jangan lupa bahwa tinta tinta perjuangan ini tidak akan pernah pudar sampai kapanpun” saya masih ingat dengan kalimat itu akan tetapi janji adalah janji kelak saya akan kembali dengan segenap perubahan yang akan saya edukasikan pada lingkungan dikota ini.

Tiba dimana saya melalui hari demi hari di kota bandung dengan kesepian dan kegelisahan yang seperti biasanya saya selalu rasakan tanpa henti-hentinya, akan tetapi ada beberapa hal yang saya dapatkan dari kota itu dimana memperjuangkan itu bergerak bukan hanya menyepi, pergerakan saya di bandung mulai terasa dimana saya kembali mengasah dunia photo ,ilustrasi ataupun visualisasi 2 tahun lebih saya mengahbiskan wakut dengan dunia karya, tapi karya yang saya ciptakan tidak terpikir untuk di komersilkan karena saya berkarya untuk mengasah imaji agar benar benar tumbuh dalam manusia yang manusia.

Tapi pendidikan saya tidak berhenti disini saja , saya sekarang melanjutkan di universitas seni memng sangat mebingungkan pada pilihan saya dimana dulu bergelut dama dunia jurnalistik sekarang berpijak dalam dunia seni tapi bagi saya itu sama saja karena pendidikan itu bukan hanya tentang mendapatkan ijazah lalu bekerja untuk mengumpulkan secercah harapan, masih banyak dari itu bagi saya pendidikan itu bukan hanya tentang uang atau eksistensi melainkan memambantu yang rusak untuk dibetulkan dan memanusiakan manusia agar kehamonisan itu tumbuh tanpa ada kesejangan yang terus terusan di pertontonkan dalam apapun bagi saya seperti itu, jika ada yang salah dalam persepsi silahkan saja karena yang salah itu dibetulkan bukan di cai apalagi di maki.

Malam itu hengpon saya berdering kawan kawan di garut mengabari saya untuk berkujung kesana, untuk melihat atau mengapresiasi karya besar yang akan mereka lalukan, Tepatnya tanggal 8 desember 2018  saya pergi dari kota kelahiranku sendiri untuk menemui kawan - kawan seperjuangan yang sekarang saya perhatikan sudah banyak perubahan pada diri mereka, perjuangan saya dulu dengan mereka hanya sebatas menuntut birokrasi kampus yang tidak berprikeadilaan bagi mahasiswa namun sekarang mereka bergerak sangat luas dan liar,  mereka memang hebat tidak hanya tentang musik yang mereka geluti namun budaya dan kemanusiaannya pun selalu diperjuangkan ditengah krisis nya kesadaran anak muda yang tidak mengerti tentang literasi lingkungan.
Setiba saya disana saya disambut dengan baik seperti biasa kami selalu habiskan waktu meminum segelas kopi di gazebo sembari memandangi gedung fakultas, kami sadari bahwa banyak kebohongan didalam sana yang mengatasnamakan pendidikan .

Saya sedih karena tidak semua kawan kawan seperjuangan saya bisa hadiri di acara ini mungkin mereka sibuk akan rutinitas yang mereka jalani sehari hari, tapi saya bangga karena ada beberapa kawan saya yang ikut turun adil atau berperan sebagai penggagas di acara ini seperti diki, rekki dan surri.

Saya bisa simpulkan acara itu ”hidup untuk menghidupkan” dimana disana banyak anak anak muda yang cinta pada musik, teater,art dan puisi bahkan semuanya, banyak moment yang sangat luar biasa dalam karya yang kawan kawan saya lakukan, saya bangga pada mereka tapi waktu dan kondisi yang membuat saya untuk kembali kebandung.

Tetap berjuang kawan karena sekecil apapun karya yang kalian lakukan itu akan menjadi sejarah dalam dunia literasi dirimu sendiri,  tetap haus akan kebaikan dan tetap berteman pada kegelisahan karena perubahan apapun tidak ada yang bergerak sekali jadi , dan saya iijin pamit untuk melanjutkan keresahan di kota saya sendiri, saya pasti kembali dan akan kembali ...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...