Minggu, 25 Agustus 2019

Rindu yang menggugat #42

Kekasihku,  Kalo aku mau menjadi hebat, akan kupastikan kaki ini tetap berjalan diatas tanah bukan menghilangkan jejak jejak pra sejarah yang di paksa senyap dari putaran bianglala sang saka

Kekasih, Bangsa kita belum merdeka,  lihatlah pemuda sekarang mereka hanya sibuk ber-onani di dalam kemewahan, tanpa sedikit pun membuka mata untuk kaum yang ter-marjinalkan, jangan pernah kau mengatakan merdeka jika derita kemiskinan masih terlihat di depan mata

Aku hanya ingin mengatakan bahwa rindu yang ku gugat ini adalah peluru perlawanan bagi oligarki dan kapitalis yang berselimut di balik romantika kemanusiaan yang di lenyapkan lalu di tinggalkan

Kekasih,  jangan kau sakitkan pola pikir kehidupan ini, Yang lebih baik dari sepi adalah kau harus bangun dan mengasihi para tubuh yang di siksa peradaban dalam kesenjangan

Jika kemewahan yang membuatmu enggan berjalan pada gubuk luka dan derita
Lebih baik kau kubur parasmu yang jelita pada kerongkongan pembunuh kemanusiaan, karena kau sama seperti mereka

Kekasihku, Kau harus bangun,  tanamkanlah cinta, kasih pada jiwa dan ragamu
Kau harus lari,  kabarkan pada langit dan tanah bahwa kau masih ada untuk kehidupan yang setara tanpa adanya sedikitpun penindasan terhadap sesama
Lalu,  teriakan dengan lantang puisi rindu yang menggugat ini pada penguasa bahwa cinta dan kemanusiaan akan tetap ada walau di hantam senjata negara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...