Kamis, 08 Agustus 2019

Rindu yang menggugat #25


Semakin ku pelajari
Perjalananku ini belum seberapa
Jika aku berjalan sendiri, tanpa berbagi,
Maka dari itu jalan sunyi adalah pilihan
Menuju pembebasan dan kebodohan

Aku makan dan muntahkan gugatan ini
Karena inti dari berjuang itu sendiri
Kita harus mengerti dari dua sisi
Bukan menghakimi anjing anjing yang masuk ke dalam irama dramaturgi

aku hanya sendiri
Berjalan di tepi rindu yang terangsingkan
Benar - benar sendiri
Hingga tidur panjang dalam rayuan para manusia pembalut diksi  

Kita hanya ketiadaan
Hilang
Musnah
Sirna
Dan lenyap dalam pelukan malam yang berpura- pura melukis wajahnya jadi rembulan

Inilah kesalahanku: memberiankanmu menari,  lalu di nikmati para lanang yang ambigu,  jejak -  jejak rindu ini hanya serangkaian konotasi yang benalu,
Kau bisu,  kau tuli,  dan aku mencintaimu

Kita harus menatap rayya dalam kejelasan tanpa selalu diam, lalu memukul wajahku dengan goretan omong kosong secara perlahan,  kau pengecut hanya berlari dalam angan angan, tertawa dan pergi tanpa menyuarakan kebenaran.
Aku katakan,  mencintaimu bagaikan tersesat dalam hutan,  aku hilang lalu pulang membawa jati diri yang telah kutemukan

Dan tiba pada akhirnya
Kita sama sama kehilangan rangkaian ingin
Aku kehilangan sebutir angan
Lalu kita saling kehilangan hadir
Karena kita tak lebih dari gugatan - gugatan
Rindu yang menyedihkan
Aditya permana
Kantor pikiran rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...