Selasa, 06 Agustus 2019

Rindu yang menggugat #21


Kembang telah berlayar,  kepergiannya selaksa cambukan cinta yang candu telah menyandera pikiranku: Perpisahan ini memukul asaku,  selesai sudah masa muda,  penuh cinta,  mimpi dan hilang. 

Pagi ini,  burung burung terbang begitu lambat, inci demi inci kutempuh dalam jejak yg kelabu,  tak peduli dengan jarak yang terbalik ataupun tidak.  Mendung bandung bergantung tipis di langit yang   tersapu peluru gugatan rindu, orang tua memberitahu bahwa pernah ada gugatan rindu di gunung tangkuban perahu, lalu aku genggam semua kenangan dalam bantara angkara, tersorong jarak yang berjauhan, memang benar dia bukan boneka rapuh terhalang ufuk menyorong kembang, hingga aku terdampar sendiri dalam genggaman romantika malam yang berjarak.  Aku dibuat mengerti dengan sunyi, gelap dan penderitaan,  bahwa dia bukan hanya sekedar wanita lugu nan ayu, ia makin jauh dan terhalang sutra yang layu.

Aku dibuat sadar bahwa dia bukan boneka rapuh yang tergugat rindu, dan aku menjadi terdakwa dalam penderitaanku sendiri,  bahwa aku memang benar - benar mencintai kembang yang telah pergi jauh.
Aditya permana
Kampus biru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...