Jumat, 02 Agustus 2019

Rindu yang menggugat #13

Sayangku,  waktuku kini termaki deru nya dunia yang kalut, membunuh kubur hening termakan kepala dangkal dalam jiwa yang gosong.

Rinduku ter-perangkap lubang yang sakit, mendengar desiran angin di sekujur badanku, aku muak jadi lelaki yang terbuang dari rumahnya

Bising nya suara cinta pada senja, membuatku mati dalam lubang adidaya akal yang semakin benalu.  Semakin sepi lubang ini,  api membakar jiwa jiwa yang kosong dan tersesak di lorong lorong.

Satu persatu terperangkap budaya yang sakit
Mengisak sendu dari lingkaran penyair lembayung lalu mereka masuk kedalam industri dan lapar akan materi.

Kekasihku,  lihatlah penyair jiwa- jiwa rupiah itu, dimana mereka mengatakan literasi namun lupa akan penderitaan keluarga korban 98

Kekasihku,  lihatlah para penulis penikmat senja itu, mereka tuli dengan kabar buruk rahim kota dan desa bahwa penindasan kini hadir didalam air dan tanah 

Dan kini aku dangkal dengan jiwaku sendiri
Gaduhnya waktu yang terbanting bahwa mahasiswa sudah bisu akan luka kemanusiaan dan kemiskinan

Sayangku,  bolehkan aku tidur sejenak merasakan mimpi indah bahwa semua element agama,  ormas,  dan masyarakat bisa bersatu untuk merawat kedamaian dan keadilan. 

25 juli
Angringan itb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...