Jumat, 12 Juli 2019

Rindu yang menggugat 1

Apakah kau tau ketika purnama bergelut dengan diksi manson bahwa untuk bersikap seni itu harus bodo amat, begitulah selaksa romawi menari dalam kerinduan yang abu

Apakah kau tau ketika bianglala berputar, aku terhantam dengan kebohongan amstrong bahwa rindu candumu telah menyukat polesan cendol di  kota kembang

Apakah kau tau dengan cinta tanpa kemerdekaan, Itu sangatlah hampa, dan aku sedang merasakan gelap tanpa indahnya gunung tambora

Apakah kau tau dengan kisah filosofi kopi, diam berdua menikmati aroma tanpa jeda dan koma walau sunyi penuh tanya

Apakah kau tau dengan soe hok gie, menimpa rindu di mandalawangi namun mati dalam sunyinya cinta gunung semeru

Apakah kau tau dengan cinta tanpa rindu,
Seperti itulah tan malaka di asingkan lalu di lenyapkan

Apakah kau tau dengan rindu tanpa perjuangan
Seperti itulah pemuda yang melupakan madilog lalu terbayang epilog tanpa prolog

Kekasihku, Aku merindukanmu tanpa kata melirih tanya walau dunia sophie membuatku masuk kedalam lubang yang fana

Kekasihku, Kau hanya diam tanpa suara membuat merpati terbang tertembak laras panjang lalu mati terdampar di pulau buru

Kekasihku, Ku ingatkan sekali lagi jiwaku serasa bergetar ketika namamu terbayang lalu membuat galunggung meletus dalam aroma kerinduan.

Kekasihku, Aku rindu dan akhirnya jiwa ini masuk kedalam air tanpa muara.

Memaksa meneguk arak dalam poros paguyuban melirih sendu menikmati lukisan realis tanpa pilu
Kekasihku, Aku adalah hitam tanpa putih
Dan wijaya tanpa rayya
Lalu Sayup rindu membuat vulkanik menghantam seluruh mimpiku
Aku muak dengan raga yang terbuang dari poros keindahan

Aku rindu tanpa tanya
Dan kau berhak pergi tanpa koma


Aditya
Gedung indonesia mengunggat
Bandung 11 jul 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...