Sabtu, 20 Juli 2019

Rindu yang menggugat #6


Bisingnya suara kota melemparkan harmoni rindu ini pada harmonika yang tak bernada, menyepi di balik gedung tinggi yang penuh dengan badut berdasi, hingga rindu ini terasingkan dalam paradigma kiri, bahwa korporat tak pernah mengenal hirarki dan melindungi

Rindu ini hilang ketika jeritan anak kecil di pusat kota yang mengantarkan sebuah surat bahwa kemanusiaan lebih penting dari cerita senja yang buta akan perampasan tanah lalu bisu dalam kemiskinan dan kelaparan

Kekasihku,  bilamana rinduku ini membuatmu takut untuk mengenal kamerad yang sedang berjuang membangun buku buku jalanan lalu tak pernah mundur dengan bayangan peluru serdadu kebusukan,  biarkan dirimu diam lalu aku akan berjuang demi tercipta keadilaan bagi kaum yang termajinalkan

Bilamana cintaku ini membuatmu takut untuk mengenal dunia payung hitam,  maka lebih baik kau tidur saja dalam tempat tidur yang nyaman, lalu jangan cemas,  ketika suatu saat nanti ada kabar dari koran pagi bahwa aku hilang dan tidak pernah ditemukan kembali

Bilamana aku mati dalam rindu yang menggugat ini, maka,  kau harus bangun untuk mengabarkan sajak-sajak tentang hidup untuk menghidupkan bahwa suaraku akan tetap hidup di garis perjuangan walau ragaku hilang dan di lenyapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...