Gemuruh angin
malam mengantar rindu ini hingga tiga pagi mencampakan coretan diksi pada
secangkir kopi, aku yang memulai rindu kau hanya diam membisu, tanpa kata kau
membuang semua mimpi yang ku punya, aku diam tak berdaya memandang asa yang tak
pernah jadi rasa, memeluk sepi hingga dini hari membuat jiwa ini depresi
terpukul dengan cinta yang tak dapat kumiliki, aku lelah menjadi jiwa yang
terbuang dari dunia ini, di tertawakan ramai hingga dikebiri malam, kau datang
hanya untuk pergi bukan berjalan agar dapat kumiliki, kau semu, kau hanya
bayang bayang, Kuringkas cinta yang tak pernah tercipta, memutar bianglala
kembali ke dalam lubang yang sunyi, merasakan raga terhantam ego sendiri,
merintih mengganga di lorong gelap menyembunyikan luka yang tak dapat di obati,
aku tetrindas dengan ramai ditertawakan bulan hingga sampai bintang.
Aku lebih memilih
sepi menuliskan perihal puisi dengan bait yang sunyi agar jiwa ini bisa
terobati dengan diksi yang punya arti, aku akan tetap sepi hingga semua nya
benar - benar pulih kembali, maaf jika saat ini aku lebih senang menyendiri,
memaksa raga masuk kedalam lubang yang sunyi
menghayati mimpi agar bisa
terbukti.
Untukmu kembang
yang penuh luka tertawalah hingga benar benar kau masuk kedalam dunia yang
fana, menyembuyikan rasa yang ditutupi ego sendiri , percayalah suatu saat nanti kau
akan merasakan sepi, sunyi dan terbuang hingga di campakan bulan dan bintang.
Kau berhak bahagia walau jiwaku penuh luka
Kenalkanlah
jiwamu hingga ujung dunia biarkan aku disini yang berdiri sendiri hingga semua
orang tak pernah mengenali, biarkan aku luka sendiri merasakan sepi dengan
cacian yang membuat jiwa ini akan bangkit kembali.
Rindu ini membuatku
depresi terpental jauh menghilangkan semua mimpi, aku hanya bisa terdiam
mengahayati malam di lubang yang sunyi memandang kembang yang penuh luka ini,
kukira kembang ini mekar dan mewangi nyantanya ia hanya datang untuk pergi
kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar