Memolah diri dari rempah rempah raga tertusuk gumpalan sampah
Menusuk langit membuka mata bahwa raga harus sujud dalam tiga pagi
Entah apa yang sudah dilakukan
Semua pergi meninggalkan rumah, kini hanya sepi
Tak ada lagi sosok ayah
Tak ada lagi sosok ibu
Semua hilang dirampas tuhan dan kesepian
Membanting dunia memeluk asa agar tidak mati dalam segeles arak
Duniaku sudah berubah asap damai kini hanya hadir dalam kegelisahan
Membuat mata terkuntuk menangisi rumah yang sudah sepi
Ibu pergi dengan bermodalkan kebutuhan
Ayah hilang diambil tuhanku sendiri
Kakaku sepi dalam damainya sendiri
Entah apa yang harus ku lakukan, semua hilang memberi luka
Aku hanya sampah yang berharap bahagia
Cita cita kini hanya buta
Harapan pun jadi punah
Kaki terdiam menyelimuti kesepian yang tiada habisnya
Mati matilah aku dalam kesepian
Terperangkap akan dogma kesalahan
Bu aku rindu dimna kalimat keresahan selalu saja kau lontarkan
Yah aku rindu dimna kini aku sadari bahwa kita tidak bisa berkumpul lagi
Bu kuliahku hancur bu, entah apa yang harus saya lakukan
Saya ingin mundur bu
Saya nyerah bu
Bukan berarti saya tidak ingin berjuang
Saya mati dalam sepi bu
Bu ijinkanlah aku mati hari ini
Biarkan aku hilang dalam sepi
Dunia malam membuat jiwa ini lupa diri
Ingin sekali kudekatkan raga pada sang ilahi
Bu aku rindu.
Terkapar kembali dengan dinamika yang telah terjadi
Terbunuh dengan kerakusan yang pernah di dihakimi
Maafkan bu, kini anakmu hancur dalam sepi
Aku gagal bu membawamu kedalam istana yang pernah di idamkan
Ingin sekali rasanya kita ceria bahagia menatap raga menginjak di tanah suci.
Bagja, asa, rasa, cipta
Waringkas, rahayu jeung gede milik bu
Aditya permana
26 maret bandung sore hari

Tidak ada komentar:
Posting Komentar