Minggu, 07 April 2019

Sepi yang mengkebiri

Memadu bait bait penyesalan untuk bangun dari lorong kegelapan
Memikat asa agar terbentur dari harapan yang punah
Terhimpit dinamika dibayang bayang mandela dan fidel castro
Ada tarian padi menyukat jiwa agar hidup dari kehidupan

Merasa benar dari kebenaran membuat sikis ini lumpuh dalam peradaban
Sarapan pagi menyapu teori aristo teles bahwa lebih baik terbentur untuk terbentuk

Aku mati dalam dunia sopi
Membayang raga yang belum dibanggakan
Masih terhantam sepi hingga benar benar suri dalam diksi "mampus kau di koyak koyak sepi"

Sampai kapan aku harus seperti lelaki jalang yang dibuang dari kumpulannya
Menanti kasih untuk bercerita
Menari dalam pena
Menciptakan bahagia dalam kebahagiaan

Seperti kalimat datang dan pergi
Jika datang untuk mengasihi
Aku layak untuk dikasihi jiwamu
Jika datang untuk mencintai
Aku layak untuk dicintai bayanganmu

Jika datang hanya ingin dicari
Lebih baik diam sebelum menularkan ketidakpastiaan
Jika datang hanya ingin dipuja
Lebih baik tidur sebelum pagi kau di tusuk tusuk dogma dogma kebohongan

Lalu jika aku ingin mencari
Ijinkanlah,  aku akan menari dalam kegelapan
Melenyapkan titik titik kesombongan

Jika aku ingin mencintai
Ijinkanlah,  aku akan mencintai bukan mencinta lalu pergi
Percayalah.....

Kita patut untuk mengasah pena walau kanvas tak merestui....
Membanting asa tanpa rasa walau kita saling bermimpi...

Bandung 19,20 wib 13 maret
Aditya permana





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...