Dari sorak sorak kumpulan orang yang haus kemenenagan
Kau tersipu malu tertunduk menatap layar yang telah membuatmu menjadi ratap
Pertemuan ini menjadi kemenangan untuk kita semua
Riuhnya suasana membuat pipimu jadi merah merona
Tidak ada kalimat senja yang kita bicarakan
Munkin kita terlalu angkuh dengan kata senja yang seperti halnya orang orang romantica katakan
Kita pulang dengan sepeda motor tua
Kita memandang sudut kota dengan coretan rindu yang tersimpan rapih dalam history
Kupikir kau telah berubah ternyata masih sama saja, kau masih menggilai mie ayam dan kopi areng
Beruntungnya si motor tua
Memboceng kasih yang telah jadi kisah
Duduk bersama di lingkaran rasa yang jadi lara
Beruntungya si burung bango
Menatap atap yang telah membuat malam jadi ratap
Menutup diksi hanya demi rindu yang tersiasati
Dan beruntungya aku
Menulis romantica tanpa pena
Melukis kisah tanpa warna
Memotret indah tanpa kamera
Menang sial, rindu ini harus di bayar tuntas
Jeritan lukamu masih terdengar tapi tenanglah
Aku tidak sejahat itu, aku masih menyimpan alunan harmonika yang pernah dimainkan di balai kota
Jadi pulanglah rumahmu bukan di jakarta masih banyak alunan nada yang belum keluar dalam kota yang penuh irama.
Pulanglah bandung masih tetap merindukanmu....
7 tahun kita hanya jadi bayang yang tak pernah mengeluarkan kata jadi dialektika.
Pulanglah...
Bandung malam hari 7 april 2019

Tidak ada komentar:
Posting Komentar