Minggu, 07 April 2019

Dia belum pulang

Merah merona terlukis dengan burung bango yang kita cintai
Dari sorak sorak kumpulan orang yang haus kemenenagan
Kau tersipu malu tertunduk menatap layar yang telah membuatmu menjadi ratap

Pertemuan ini menjadi kemenangan untuk kita semua
Riuhnya suasana membuat pipimu jadi merah merona
Tidak ada kalimat senja yang kita bicarakan
Munkin kita terlalu angkuh dengan kata senja yang seperti halnya orang orang romantica katakan

Kita pulang dengan sepeda motor tua
Kita memandang sudut kota dengan coretan rindu yang tersimpan rapih dalam history

Kupikir kau telah berubah ternyata masih sama saja,  kau masih menggilai mie ayam dan kopi areng

Beruntungnya si motor tua
Memboceng kasih yang telah jadi kisah
Duduk bersama di lingkaran rasa yang jadi lara

Beruntungya si burung bango
Menatap atap yang telah membuat malam jadi ratap
Menutup diksi hanya demi rindu yang tersiasati

Dan beruntungya aku
Menulis romantica tanpa pena 
Melukis kisah tanpa warna
Memotret indah tanpa kamera

Menang sial,  rindu ini harus di bayar tuntas
Jeritan lukamu masih terdengar tapi tenanglah
Aku tidak sejahat itu, aku masih menyimpan alunan harmonika yang pernah dimainkan di balai kota

Jadi pulanglah rumahmu bukan di jakarta masih banyak alunan nada yang belum keluar dalam kota yang penuh irama. 

Pulanglah bandung masih tetap merindukanmu.... 
7 tahun kita  hanya jadi bayang yang tak pernah mengeluarkan kata jadi dialektika.

Pulanglah...
Bandung malam hari 7 april 2019



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...