Lanang : ijinkan aku untuk berbicara bupon, percayalah kau tidak berjuang sendirian meski aksaraku kusut tanpa arti namun ku sisipkan badai untuk menerjang kesombongan, biarkan aku berbicara sekali lagi, aku akan ada untuk melawan kebodohan dan aku akan berjuang menantang langit yang dipenuhi kemewahan, percayalah.
.
Bupon : untuk apa ?, aku tidak ingin melihat lanang diasingkan.
Lanang : biarkan aku ikut untuk di asingkan, aku adalah aku yang tidak ingin berjuang pada kemunafikan.
Bupon : untuk apa kau mengorbankan ragamu ikut berjuang melawan kemiskinan dan perbudakan ?, sudahlah pergi jangan ikuti jalanku ini, biarkan aku berjalan pada kegelaapan sendirian, kau masih punya mimpi yang patut di perjuangkan, aku sudah mati dalam angan angan, biarkan aku berjuang sendirian untuk kemanusiaan meski nyawaku harus hilang .
Lanang : berhenti lah bicara pada kegelapan, kau hanya mengusik ego sendiri, kau patut untuk menari mengabarkan bahagia pada kehidupan, kau itu tidak sendiri, aku bukan pedang yang disimpan namun melukai, aku adalah aku yang akan datang pada kegelapan untuk mneyuarakan kemanusiaan.
Bupon : aku bosan dengan nada datang lalu pulang ?
Lanang : berhentilah memvonis siapapun
Bupon : apa aku harus kembali dengan nada nada yang dipenuhi tombak di dalam lidah, aku tidak ingin jiwa ini terluka didalam diksi cinta .
Lanang : percayalah manusia itu tidak ada sia sia .
Bupon : tapi manusia yang mensiasiakan manusia .
Lanang : sudahlah jangan terlalu bergelut dengan egomu, mari kita berjalan dan menari mengambarkan kebenaran dengan cinta dan asa yang hakiki.
Bupon : apakah dunia tak melibatkan asa ?
Lanang : silahkan bertanya ?
Bupon : apakah aku harus terdiam dalam kegelapan ?
Lanang : silahkan menyandra diri sendiri ?
Bupon : apakah aku harus melepas nyawa ?
Lanang : silahkan meringis semaunya
Bupon : kuharap kau akan mengerti saat dirimu divonis tidak berguna ?
Lanang : kau tidak yang ada beda ?
Bupon ; kau tak pernah merasa ?
Lanang : kau itu istimewa
Bupon : tapi aku dipenuhi kecewa
Lanang : berhentilah memvonis dirimu tidak berguna
Bupon : mengapa kau tak biarkan aku untuk hilang ?
Lanang : sebab aku tau arah untuk pulang
Bupon : mengapa kau memilih berjuang untuku sedangkan jiwamu masih maradang pada angan angan ?
Lanang : karena dunia butuh dirimu yang periang
Bupon : aku hanya jengah dengan patah dan kemewahan
Lanang : jangan pernah menyerah , mari kita coba kembali
Bupon : aku hanya lelah untuk berdarah lagi
Lanang : mari kita rebah untuk sejenak memaknai
Bupon : aku pasrah
Lanang : itulah jawaban yang terindah
Bupon : dan biarkan tuhan yang memapah dan merekat jiwa jiwa yang patah
Lanang : sebab dia adalalah sebaik baiknya rumah, biarkan lukamu untuk memaknai kehilangan dan perjuangan, aku tidak akan pernah bebicara tentang arti senja dan pelangi aku hanya ingin berbicara tentang payung hitam yang melawan, kuharap kau mengerti tentang semua apa yang kaue perjuangan, aku siap ada dan mati untuk dirimu dan kemanusiaan.
Bupon : sekarang aku benar benar mengerti
Lanang : terus berkarya dan berjuang walau tak pernah dikenali
Bupon : teruslah menjadi cahaya di atas rayya
Lanang : aku akan ada untuk hari ini , esok hari dan selamnya
Lanang dan bupon : Kita berhak untuk hidup dan bahagia
Karya : Aditya permana
Judul : Kau sepertiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar