Atau hanya membuncah tak jelas di benak sinting sang penyair
Pada siapa kiasan indah melepas nafsu
Bila tidak di rahim hangatmu mereka berlabuh
Rahim bagi kata-kata cinta yang hendak bersetubuh
Di mana ia dapat dengan peka menjiwai setiap kata itu bekerja memabukkan dirimu
Nikmat-nikmatilah hingga kau mencapai titik candu
Buat apa peduli, mau aku dianggap ahli bermelankolis dipandang bagai dramaturgi
Atau dinilai akrab dengan ratap
Pemurung yang dalam mendung merenung
Merias puisi puja-puji semi-ironi
Bahkan jika kamu benci
Aku tak urung henti
Mungkin aku belum lihai menjinakimu
Tapi bila berbunga disimpan sendiri, mencacat berpura-pura
Awas kau terbawa suasana
masuk kedalam hayalan yang sebelumnya belum pernah kau singgahi
tapi sesungguhnya aku ingin kau masuk kedalam lubang intuisi
yang penuh dengan angan - angan
gunung putri, 25 desember 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar