Selasa, 20 Maret 2018

matinya dramaturgi yang sedang bermimpi


peluru itu sangat kilat menghancurkan semangat yang sedang menggebu dan memudarkan radar imajinasi, mimpi mimpi yang telah lama dirangkai kini hanya tinggal debu yang hilang tersapu peluru

kolase peluru itu memang hebat dengan cepat membunuh seorang manusia jalang yang ingin mulai berdiri, tulisan tulisan yang pernah ada dalam nurani kini hanya tinggal sepercik tinta yang tidak berarti.

suara suara keras itu tidak lagi hidup ia
mulai terdampar dalam lubang keheningan
ingin sekali rasanya berdiri namum peluru itu mematahkan kaki
ingin rasanya bersuara namun peluru itu  membungkam  
ingin rasanya melawan namun jiwa sudah mati dalam kebingunggan

dan kini hari ke hari keheningan menjadi teman dalam keinginan, ia pun bertumbuh dalam kehidupan yang terlalu dalam dan mulai bercinta dengan kesepian, berdamai dalam kesakitan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...