jiwaku dan ibu mulai terpukul akan kepedihan seakan tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayah memang telah pergi, akan tetapi wajah ayah yang pucat itu seakan menamparku dan ibu untuk bisa menyadari.
Ketika aku dan ibu sudah mulai mennyadarinya kukabarkan secepat mungkin pada saudara dan tetangga rumahku tentang kepergian ayah.
Hari semakin sore tetangga rumahku mulai membantu dan menenangkan hatiku dan ibu yang terluka. Ucapan belasungkawa itu datang dari mana - mana , dari lisan, bunga maupun media seakan mereka mencoba untuk menjadi penyemangat aku dan ibu agar tetap tegar dan sabar, banyak orang yang bilang ayah itu baik dan kuyakin dengan semua "kebaikan yang ayah lakukan akan memudahkan jalan menuju surga yang di janjikan hanya untuk orang - orang baik".
Hari mulai petang, kumandikan ayahku untuk terakhir kalinya aku siram dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan air yang penuh kasih sayang dan doa , ku sholatkan ayahku dengan ketulusan dan keesokan harinya kuantarkan ayahku ke tempat istirahatnya dengan sebuah harapan dan cinta agar bisa tertidur dengan tenang dan bahagia.
Tugasmu kini telah selesai terimakasih selama 19 tahun kau telah menjadi ayahku .

Tidak ada komentar:
Posting Komentar