Skala yang terbesar dari kesalahan kita adalah bercinta
hanya sebatas tubuh sesama, kita harus keluar dari dogma-dogma paradok itu,
menjadi seorang kekasih atau terkasih kita harus menuntut keadilan dalam diri,
manusia itu memang dramaturgi apapun bisa diperankan tapi, kita jangan terlalu
erat memikirkan hal seperti itu, kekasih, percayalah, manusia yang tidak pernah
memikirkan apa-apa akan rapuh dan hilang sudah harapannya, harapan adalah
sumber nafas bagi kita, maka teruslah berharap dengan apa yang ada pada matamu,
kita harus menjadi manusia, kita harus berani berbicara dan berjalan ke
lembah-lembah yang penuh penindasan, dimulai dari harapan atau masa depan, kita
harus berani hitam, walau orang-orang hanya diam dan menatap rembulan, alangkah
indahnya bila kita bercinta dengan harapan dan masa depan mereka, kekasihku,
mari kita coba lagi, memang tidak mudah melakukan hal seperti itu, tapi
setidaknya kita pernah berjuang , kita pasti bisa, karena tuhan tidak pernah
melahirkan manusia dengan sia-sia.
Kekasihku, tujuan mencintai lalu memilikimu, bukan tentang
bagimana aku menikmati isi badanmu, aku ingin hidup menjadi akar untuk bola
matamu, menjadi hutan yang asri bagi mulutmu, menjadi harapan dan asa dikala
gelap menampar isi kamarmu, tenang saja, kita berdua pernah merasakan sepi hingga
terbakar sudah, tak ada yang tersisa sama sekali, maka dari itu, ayo kita
lakukan lagi, turun ke dalam jurang lalu mendengarkan kemiskinan,penindasan,dan
kelaparan, setelah mendengarkan, menangislah sejenak, karena begitu beratnya
beban hidup yang mereka rasa, ketika sudah selesai menangis, berjalanlah, lalu
dengarkan irama perut yang kelaparan itu, jika sudah, kamu pasti mengerti apa
yang harus dilakukan, bergeraklah.
Kekasihku, maafkan, aku tidak bisa seperti mereka yang
selalu membicarakan tuhan dengan kolaborasi romantisme belaka, bukan itu
tujuanku, karena bagiku tuhan tak perlu dibicarakan, sang maha sudah benar di atas segala-galanya, aku hanya ingin
berjalan bersama, mencari titik-titik kebenaran itu tumbuh dan hidup dimana?,
apakah di dalam diri?, atau bahkan hingga ke lembah dan sungai-sungai, maka,
mari kita cari bersama, tujuanku hanya satu, ingin berguna dan bernyawa dalam
posisi yang jujur, tidak dengan politik balas budi yang menarik egosentris
badanku sendiri, pahamilah, mari kita mulai menjadi manusia, setidaknya kita
pernah menjadi manusia yang berpikir untuk semuanya, bukan hanya tentang cinta yang berlabuh pada
badan yang indah dan membuat pola pikir ini menjadi liar ataupun gila, kita
harus menjadi sepasang yang gila, gila terhadap kedamaian dan keadilan.
Kekasihku, seperti para nelayan yang meraung pada gelombang
pasang, seperti para petani yang memeluk cangkul di sepanjang malam, aku
pastikan bahwa cinta yang menggugat ini akan tetap tumbuh di dalam
mimpi-mimpimu, akan tetap ku antarkan seribu gugatan ini pada lukisanmu yang
semu, akan tetap ku katakan namamu di lembah- lembah yang sunyi karena hingga
saat ini aku masih mencintaimu, ada harapan cinta, kasih dan kemanusiaan di
dalam tubuhmu.
Akan ada waktunya dimana gugatan-gugatan ini tiba di kelopak
mata hingga Rahim-mu, hidup dan tumbuhlah, karena kamu pantas merdeka dengan
sehormat-hormatnya.
Aku mencintaimu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar