Minggu, 03 November 2019

Selamat pergi hari ini


Diujung jalan kulepaskan namamu pada titik perapian ini, kuhisap segala sepi pada lembah lembah mandalawangi, aku merasa asing bagi hutan dan sungai - sungainya, aku merasa gelap bagi kerikil dan tanah-tanahnya.

kurindukan namanu pada bintang - bintang di atas pegunungan, ku tatap wajahmu pada kanvas yang belum sempat ku lukiskan,  ku renungkan lagi kepergian ini pada ribaan hutan yang sunyi. 
Andaikan kita tak saling menghakimi ilalang - ilalang yang menari, mungkin tak akan ada jua kata selamat pergi hari ini. 

Andaikan kita tidak memvonis ketidakpastian sebagai tersangka dari segala kesepian,  mungkin akan kuceritakan segala kegaduhan ini pada ransel ransel yang bertepi di perkotaan.

Andaikan kita tidak mabuk pada kegelapan,  mungkin akan ada sejuta buku yang bernyanyi berjudul - judul, kata demi kata tak berkutik ataupun pikiran yang sedang mengintip ke segala sudut jendela yang ada di desa. 

Seperti irama yang mulai meraung pada kesedihan,  beranjaklah purnama bersenandung pada kesunyiaan rumah ini, jangkrik dan burung saling menutupi suaranya pada rembulan yang dilukis menjadi kenangan tempo dulu, di kala pohon dan angin mulai bercumbu dalam bingkai awan yang kelam.

Seperti yang patah dari jantung perkotaan,  mulailah berlayar meninggalkan semua perih dalam riuhnya penipu raga dan jiwa ini
Seperti bunga tulip yang di paksa telanjang pada ruangan patah, bernyanyilah kesedihan lalu mengatarkan kepergian roda waktu hingga membunuh masa kecil dulu

Seperti mengayun kayu dalam debar debar penuh luka, akan ku antarkan seribu bahasa ini pada bintang dan bulan lalu ku tusuk terangnya hingga redup,  benar benar redup pada putaran bianglala.

Seperti alunan nada yang hikmat di malam hari,  ku hisap semua dosa di depan lukisan wajahmu,  ku tatap lebih dalam lagi,  ku cium lebih mesra lalu aku tidur dalam bayang bayang yang semu. 

Seperti kata pulang pada jalan yang ber-iringan, aku muak dengan peradaban jengah ini,  aku muak dengan jelita yang di pusarakan perwira. 
Aku muak, dengan segala gelap dan terangnya. 
dengan segala puji dan asma nya
dengan segala bunga dan kupu-kupunya.

Lalu  kau menangis sendiri pada lara dan asa yang abadi, pada perapian yang kehilangan akar kehidupan, kita sama sama memvonis saling kehilangan arah tanpa tujuan,  kita terlalu muda untuk kepergian ini, dan kita terlalu tua untuk bermain pada kata kata yang tak akan pernah 
menjadi binasa.

Terbanglah untuk tak kembali
Aku katakan sekali lagi
Terbanglah untuk tak kembali
Karena Kita memang patut bertepi pada hari hari yang tidak pasti.


Aditya permana
1 november 2019





1 komentar:

  1. for me this is a very very good information, because its contents make us become better know and learn more about the wide world, so it would greatly add insight for me, laneways that I say many thanks.

    Obat Erogan Depok

    BalasHapus

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...