Jumat, 06 September 2019

surat untuk kekasih


Sumber penderitaanku yang terbesar adalah dari sebuah keinginan yang terlalu tinggi, maka jika aku harus terjatuh ke dalam jurang yang gelap sekalipun, akan ku katakan pada bunga mawar dan kamojang bahwa aku tidak akan mudah mati dengan rayuan parasmu yang jelita atapun omong kosong manusia abal-abal, dan sekalipun aku menjadi manusia yang gagal untuk menghidupkan keadilaan, maka biarkan aku menjadi pecundang bagi jiwa dan ragaku sendiri.

Aku akan pergi,kukemas segala penderitaan cinta ini lalu akan kulemparkan ke dalam rangkaian konotasi dogma-dogma kebodohan, aku akan singgah di dalam paguyuban yang di penuhi kisah dan kasih kontradiksi  manusia anti oligarki.

Jangan terlalu cepat menafsirkan apa yang telah terjadi saat ini, kita hanya sebagai tersangka di asingkan waktu yang sangat cepat, aku pergi, sampai jumpa di lain hari yang akan mempertemukan bola matamu dengan tulisan ini, sekalipun bayanganku kau lemparkan ke dalam jurang buangan, maka ijinkanlah diksi-diksi ini menyapamu dalam problematika peradaban, kekasih, sampai jumpa di laut, gunung dan tanah, karena jiwaku akan selalu ada di antara mereka.

semua akan kembali sepi, meninggalkan setiap jejak-jejak kehidupan, cepat atau lambat kita akan pulang ke dalam jurang kegelapan, semua nya akan punah hanya bisa kita ratapi dalam kenangan kerangka batu nisan.

Tapi aku tidak ingin melihatmu terpenjara dalam lorong kegelapan menikmati paras jelita lalu terpincut dengan gincu yang merona, kasihku kini masa mudaku  kuhabiskan waktu dengan menikmati segala sepi dan sunyi karena bagiku sejatinya hidup adalah,” kesepian, semua akan kembali sendiri di temani riuhnya angin malam dan harapan yang tak henti-hentinya menghantui setiap jejak-jejak dialektika romansa”.

Kasihku,tiba saatnya aku ingin mengatakan kepada pemilik semesta, jika perjuanganku saat ini sia-sia, maka pulangkanlah aku terlebih dahulu agar aku dapat mencaci semua kesalahanku.

Namun percayalah kasihku, sejatinya  perjuangan :tidak ada manusia yang di lahirkan sia-sia.
Aku mencintaimu.




1 komentar:

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...