Jumat, 19 Juli 2019

Rindu yang menggugat 2



Tusuk saja sepi ini dengan bambu runcing lalu antarkan ragaku pada malam yang penuh aurora
Karena Kita masih tetap sunyi lalu menyekat Sribaduga dalam tugu api tegalega

Ikat saja gelap ini dengan bom hirosima lalu antarkan mimpiku pada poros yang penuh tanda tanya
Karena Kita masih tetap diam tanpa jeda walau salim kancil mati di bunuh para penguasa lalu pemuda hanya bisu tanpa kata

Lemparkan saja mimpi ini pada letusan galunggung yang membuat bumi menjadi gelap
Lalu antarkan asaku pada sejarah yang ada di tambora
Karena Kita masih tetap bisu tanpa tanya walau bandung terlahir ketika tuhan sedang tersenyum  dalam nada angklung yang mendamaikan tanah sunda.

Hancurkan saja cerita ini pada selipat teori yang basi tanpa harus berkata monolog dan epilog diri
Kita masih tetap tiada dalam ketiadaan bulan ini karena kita tidak terlalu masuk kedalam cerita yang ada di bulan juni

Kekasihku,  Pukul saja wajahku bila rindu ini membuat dramaturgi lupa dengan narasi panggungnya sendiri lalu hilang dalam bola mata para audiensi

Biarkan kita masuk kedalam cerita bandung lautan api dimana gejolak rasa ini akan membara pada tempat romantis yang ada di jalan braga
Biarkan sekali lagi kita masuk ke dalam cerita Asia afrika dimana kemanusiaan lebih penting dari segala - galanya

Biarkan aku diam pada indahnya tangkuban perahu dimana penolakan cinta akan membuat sejarah bagi dunia dan kota bandung tercinta. 
Dan kau pergilah bersama irama suling yang  membuat segelas cendol berkata dalam fana namun hilang untuk nyata

Aku hanya jalang yang tak pernah mengatakan kemenangan lalu sunyi dalam lubang yang sering terbuang. 




Aditya permana
Sungai cimanuk
19 juli 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...