Kita pernah menjadi sepasang insan yang menatap cakrawala
penuh tanya tanpa sebab, menanti uraian kisah penuh kasih, kau sering tertawa
di sudut bianglala membuang setiap keluh dalam pijakan yang membawa pikiranku
pada lukisan permata tanpa lara, begitu lincah ketika tanganku menari dalam
kanvas menceritakan bahwa tawamu berhasil membuat lukisan ini penuh warna, kau
bahagia dengan harmonica yang kumainkan walau penuh kesumbangan, dan kini kita
telah menjadi abu, terbakar semuanya walau tanpa kayu, kau yang memulai dan kau
juga yang membakar, aku terdiam di sudut
kota membayangkan setiap semu yang penuh abu, kau pergi tanpa pijakan meninggalkan
setiap darah tanpa arah, aku diam dalam kesepian mencari arah untuk pulang, kau
pergi dengan kenangan dan aku diam dalam seribu kesakitan.
Permataku sudah hilang tak ada lagi sosok yang akan ku
lukisan, hantaman ini begitu cepat melukai hingga kau lupa untuk mengobati agar
kanvas ini berdiri kembali , aku depresi dengan diri sendiri hingga lupa dengan
dunia ini, kukira kau akan datang kembali bersama kata kata yang telah menjadii
abu menompah setiap kisah menjatuhkan setiap luka yang penuh tanya.
Aku menunggu di lubang kesunyiaan tergelatak sendiri
membayangkan kembali setiap kata yang penuh kala, kau yang memulai setiap
jeritan luka, kembalilah jangan biarkan kisah ini terompang amping dalam hayalan,
jangan mengkubur jika ragaku belum hancur, aku masih ada menunggu walau penuh
ragu.
Sungguh demi menjadikanmu rumah saat itu aku buang setiap
diksi yang tak bermakna, kau harus tau, kau adalah alasan pertama kanvas ini
menari dalam bianglala yang penuh warna, namun ada suaru sendu menghampiriku
rupanya ini tentang hari pernikahanmu, kau pergi tanpa tanya hingga kau hadir
membuat dunia ini tak berwarna.
Kuberanikan diri tanpa harus berlari ku buang setiap rasa
yang pernah kumiliki agar kau mengerti bahwa aku masih menunggu tanpa adanya
orang yang peduli, senyumanmu menusuk duniaku merobek lukisan yang pernah ku bingkai
dalam lingkaran kembang.
Untukmu kembang yang terlepas aku masih berdiri walau
terhempas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar