Kamis, 13 Juni 2019

Kembang yang terlepas



Kita pernah menjadi sepasang insan yang menatap cakrawala penuh tanya tanpa sebab, menanti uraian kisah penuh kasih, kau sering tertawa di sudut bianglala membuang setiap keluh dalam pijakan yang membawa pikiranku pada lukisan permata tanpa lara, begitu lincah ketika tanganku menari dalam kanvas menceritakan bahwa tawamu berhasil membuat lukisan ini penuh warna, kau bahagia dengan harmonica yang kumainkan walau penuh kesumbangan, dan kini kita telah menjadi abu, terbakar semuanya walau tanpa kayu, kau yang memulai dan kau juga yang membakar,  aku terdiam di sudut kota membayangkan setiap semu yang penuh abu, kau pergi tanpa pijakan meninggalkan setiap darah tanpa arah, aku diam dalam kesepian mencari arah untuk pulang, kau pergi dengan kenangan dan aku diam dalam seribu kesakitan.

Permataku sudah hilang tak ada lagi sosok yang akan ku lukisan, hantaman ini begitu cepat melukai hingga kau lupa untuk mengobati agar kanvas ini berdiri kembali , aku depresi dengan diri sendiri hingga lupa dengan dunia ini, kukira kau akan datang kembali bersama kata kata yang telah menjadii abu menompah setiap kisah menjatuhkan setiap luka yang penuh tanya.  

Aku menunggu di lubang kesunyiaan tergelatak sendiri membayangkan kembali setiap kata yang penuh kala, kau yang memulai setiap jeritan luka, kembalilah jangan biarkan kisah ini terompang amping dalam hayalan, jangan mengkubur jika ragaku belum hancur, aku masih ada menunggu walau penuh ragu.

Sungguh demi menjadikanmu rumah saat itu aku buang setiap diksi yang tak bermakna, kau harus tau, kau adalah alasan pertama kanvas ini menari dalam bianglala yang penuh warna, namun ada suaru sendu menghampiriku rupanya ini tentang hari pernikahanmu, kau pergi tanpa tanya hingga kau hadir membuat dunia ini tak berwarna.

Kuberanikan diri tanpa harus berlari ku buang setiap rasa yang pernah kumiliki agar kau mengerti bahwa aku masih menunggu tanpa adanya orang yang peduli, senyumanmu menusuk duniaku merobek lukisan yang pernah ku bingkai dalam lingkaran kembang.
Untukmu kembang yang terlepas aku masih berdiri walau terhempas





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...