Lepaskan bara dalam hati, murka dari ketikadilaan hingga cambukan depresi ini menggulung mimpi bahwa aku hanya lelaki malang tanpa adanya tarian kembang, berjalan kembali di hamparan pena tanpa warna, bergelut dengan kisah tanpa kasih membuat isi kepala jadi depresi, pelukan rimba yang berkecup dalam embun pagi menyirami jiwa lalu memilih sepi akan pembodohan sosial yang membuat diksi jadi depresi.
Gunung adalah ayah menguatkan rasa dalam asa
Lautan adalah ibu penuh kasih yang berkisah
Lautan adalah ibu penuh kasih yang berkisah
Tapi aku hanya lelaki malang tanpa hadirnya sosok kembang, terbentur goretan pedang yang menantang kekuasaan, malam tanpa bintang memang manyakitkan begitu pula air tanpa muara yang membuat pola pikir kehilangan arah untuk pulang.
Sukma sinar jelita menutup rayya yang ingin bahagia, menutup rapat diksi yang tak berupa bahwa aku tak pantas merasakan aroma kamojang dalam kesepian.
Depresi bersama dialektika kembang yang penuh warna, berselimut purnama tanpa cahaya, kepala jadi depresi terbentur akan harmonisnya kembang yang tak berkisah
Putaran waktu hanya dijadikan detakan nadi untuk mencinta tanpa mencintai
Buang lara penuh luka
Diam sejenak dalam goretan tinta yang berupa
Bahwa kembang memang tidak berupa dalam kasih
Diam sejenak dalam goretan tinta yang berupa
Bahwa kembang memang tidak berupa dalam kasih
Biarlah api membara, membakar semua palsu dalam doa, biarkan aku sepi untuk bernada bahwa ukiran pena akan tetap mencintai kembang yang tak berupa.
Aditya permana
18 juni 2019
18 juni 2019

Tidak ada komentar:
Posting Komentar