Bola mata memandang daun kering
Mencaci malam bahwa suratmu bukan untuk sang karang
Bola mata masih memandang janji serapah
Bahwa sumpahmu hanya jadi sampah
Melukis kenangan bukan untuk melupakan
Melainkan hanya menagih kata yang tak pernah terobati
Awalmu jadi akhirku
Janjimu kini cuma bisu
Estetika tanpa cinta
Membuat mulutmu bisu dengan janji yang terompang amping jeruji
Sumpah hanya jadi sampah
Kau layangkan surat janji tanpa memikirkan ikrar yang sudah di kebiri
Membuat panah agar aku punah
Melirik asu, asa kini telah mati dalam rasa
Inikah yang dinamakan sumpah atau kau datang hanya memberiku sarapan sampah
Basi, membuat kamar jadi besi
Mendengar kabar bahwa kau akan melakukan janji dengan ikatan yang suci
Memarihmu adalah musibah
Mengenangmu itu kronis
Terhantam sepi dan sunyi
Mungkin jiwaku memang ditakdirkan seperti ini
Jika lukisan itu sudah kau bakar
Maka akan ku katakan, aku tidak pernah terhenti untuk melukis luka dalam kata
Jika janjimu adalah janji
Maka akan ku katakan, sampai jumpa dilain hari yang tak pernah kita kenali
Sucimu kini telah jadi suci
Bahagiamu sudah terobati
Selamat menempuh poros baru
Dan aku masih tetap sunyi dan sepi
Memandang asa yang tak jadi rasa
Melarat hingga berkarat rahim cinta hanya jadi penompang kisah tanpa kasih
Mencium aroma tubuh yang bau kencur tertutup hilal dalam halal
Mencium aroma tubuh yang bau kencur tertutup hilal dalam halal
Kepergian hanya jadi bualan
Tanpa surat yang terlukis
Embun pagi menikam rayya, terkecup janji hanya jurang membelai mesra irama yang tak punya nada
Tanpa surat yang terlukis
Embun pagi menikam rayya, terkecup janji hanya jurang membelai mesra irama yang tak punya nada
Polemik dalam pinus sangat melukai
Menghantam zero memapas semua sajak sang hero
Menghantam zero memapas semua sajak sang hero
Bunga melati kini tak lagi wangi
Memberi janji demi lari kelubang yang suci
Membuat irama untuk guyonan sang raja
Bahwa sosok dramaturgi kini mati dalam dekapan sang cinta
Memberi janji demi lari kelubang yang suci
Membuat irama untuk guyonan sang raja
Bahwa sosok dramaturgi kini mati dalam dekapan sang cinta
Putih dan hitam hanya sebuah warna
Namun janji bukan tentang irama yang lara
Gunung dan laut terus bernada
Bahwa ada rimba yang mati dalam kata kata
Namun janji bukan tentang irama yang lara
Gunung dan laut terus bernada
Bahwa ada rimba yang mati dalam kata kata
Dramaturgi kini telah dikebiri melati
Terbunuh panggung
Tanpa narasi dan urgensi semuanya semu mencumbu gelap membuat badan terkapar dalam dekapan hipotermia
Terbunuh panggung
Tanpa narasi dan urgensi semuanya semu mencumbu gelap membuat badan terkapar dalam dekapan hipotermia
Gunung papandayan menjadi kisah tanpa kasih
Memberi sumpah yang kini hanya jadi sampah
Merah merona hanya sebuah warna
Mencium bayangan semu yang penu luka
Memberi sumpah yang kini hanya jadi sampah
Merah merona hanya sebuah warna
Mencium bayangan semu yang penu luka
Dermaga kini telah porak poranda
Terkikis surat biru yang dibawa
Terkikis surat biru yang dibawa
Putihku penuh luka
Hitammu penuh lara
Selamat bahagia dalam lubang yang telah ber irama
Hitammu penuh lara
Selamat bahagia dalam lubang yang telah ber irama
Bandung 14 april pagi hari ditemani sepucuk surat biru yang ditumpahi air kopi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar