Sejak kecil saya selalu menamkan pada diri bahwa saya harus jadi seorang pemenang dalam hal apapun, namun pada waktu itu saya sedang menggeluti dunia sepak bola , memeng sejak kecil saya mempunyai cita cita menjadi pemain bola yang profesional, dalam dunia sepak bola saya berhasil mencatatkan sejarah pada diri saya sendiri, pada waktu itu saya berhasil juara tingkat rw, tidak hanya disitu saja saya pun berhasil menjuarai tingkat sekolah dasar di kota saya sendiri, memang cukup membanggakan pada masa itu dimana saya berhasil membuat orang orang terdekat saya tersenyum dan bangga akan kerberhasilan saya sendiri, jiwa pemenang masih terus melakat pada diri saya, hingga lomba apapun yang diikuti saya selalu ingin benar benar menjadi seorang pemenang.
Tidak hanya sepakbola saja, kebetulan saya juga hobbi bernyanyi hingga sampai saat ini, pada masa kecil saya masih ingat kala itu saya mengikuti lomba nyanyi di kantor bapak saya sendiri, lomba yang diselenggarakan untuk anak anak pegawai lapas banceuy kebeteluan ayah saya memang seorang sipir lapas banceuy yang terletak di jalan soekarno hatta kota bandung. lagu yang saya bawakan pada itu lagu dari melly goeslow yang berjudul bunda, alasan saya membawakan lagu itu jika sekarang saya pikirkan memang penuh makna akan tetapi pada masa kecil saya tak pernah berpikir bahwa lagu ini mempunyai makna tersendiri, satu persatu peserta lomba telah naik ke atas panggung suara yang mereka suguhkan begitu sangat indah dan merdu, saya sempat berpikir penampilan mereka cukup baik dan hebat, tiba saatnya dimana saya harus naik ke atas panggung untuk menampilkan atau menyuguhkan suara dan lirik lirik lagu yang akan saya tampilkan, penampilan saya cukup berhasil, awal nya memang grogi sekujur badan hampir dibuat gemeteran, mengapa ? iya, pada waktu itu memang banyak sekali orang orang yang antusias menonton lomba itu dan disitu pun ada bapak dan ibu saya sendiri.
Entah apa yang membuat penonton bisa tersentuh dengan lagu yang saya nyanyikan, entah memang suasa saya bagus atau penampilan saya bisa dibilang sempurna namun saya berpikir bahwa saya bernyanyi tidak memakai teori apapun pada waktu memang saya sendiri belum mengerti tentang teori bernyanyi, mungkin saya membawakan lagu itu dengan tulus dan bahagia. Tiba pada puncak acara di mana pemenang akan di umumkan sontak jiwa saya terkejut ketika nama saya di nobatkan sebagai juara dua, memang sangat membanggakan pada waktu itu dimana saya bernyanyi hanya bermodal keberanian saja.
Masa kecil saya memang sangat membanggakan dimana saya berhasil menjadi soerang pemenang dimulai dari sepakbola sampai dengan lomba bernyanyi tapi tidak hanya disitu saja, pada perlombaan agustusan saya mengikuti lomba bulutangkis antar RT, dan akhirnya saya menjuarai lomba itu, yang membuat saya bisa juara karena saya pada waktu itu memang sering berlatih sepakbola,bulutangkis dan hobi bernyanyi, sejak kecil saya bangga bisa menjadi seorang pemenang.
Tiba dimana saya tumbuh menjadi seorang dewasa namun hingga sampai saat ini saya belum pernah berpikir bahwa saya sudah dewasa karena “dewasa itu pilihan dan tua itu pasti” ,bagi saya dewasa itu adalah ketika hal apapun bisa dicerna dengan bijak tanpa ada sedikit yang harus dilukai mulai dari pikiran sendiri ataupun orang lain.
Banyak polemik yang saya rasakan dari pendewasaan ini sangat beda kerika kecil dulu saya mengkonsepsi diri bahwa saya adalah “pemenang”, dinamika atau benturan kehidupan yang membuat saya terhenti pada perjuangan ini, sejak kecil saya selalu meneriaki jiwa ini bahwa saya adalah pemenang namun hingga sampai saat ini teriakan itu tak pernah terdengar lagi, mungkin karena terlalu keras benturan itu yang membuat raga ini enggan berjalan kembali pada arti kata “pemanang”.
Dewasa ini membuat saya lupa dengan arti kata kata “pememang”, sejak kecil saya begitu membanggakan orang orang disekitar saya namun pada saat ini , saya malu pada diri saya sendiri mengapa ? iya, karena saya selalu membuat orang orang menangis dengan apa yang lakukan, tak ada yang harus di banggakan pada diri saya, dimana saya mengecewakan orang tua saya sendiri, dalam hal pendidikan maupun harapan, saya malu akan kesalahan saya sendiri, huh, dewasa ini memang ssangat membodohkan dimana saya membodohi diri sendiri.
Sejak kecil mimpi saya begitu besar dimana saya ingin menjadi ini dan itu tapi seiringnya waktu berjalan mimpi itu sirna bagai telan angin dan tanah yang tak pernah mengijinkan saya untuk mendapatkan, saya tak pernah menyalahkan angin dan tanah ini murni kesalahan saya sendiri, bukan karena hal itu yang membuat saya tidak berjuang akan tetapi benturan yang membuat kaki ini dipaksa untuk terhenti, banyak orang yang bilang “orang yang miskin itu bukan karena dia tidak mempunyai uang akan tetapi orang yang sudah tidak mempunyai mimpi dan tujuan lagi untuk hidup”, raga saya tersontak dengan kalimat itu.
Waktu ke waktu saya selalu habiskan dengan menangkan diri pada malam maupun alam, hingga pada waktu itu ada hari dimana malam selalu memberikan saya kelembutan dengan kedamaian kedamaian dan keheningan yang saya rasakan sendiri, saya selalu dihantui oleh keresehan dimana saya selalu berpikir keras pada kalmat ini
Aku ini apa ?
Untuk apa aku dilahirkan ?
Dan untuk apa bumi diciptakan ?
Dengan singkat tanpa basa basi malam , bintang dan bulan menampar keresaahan saya dan saya mendengar angin berbisik “ kamu adalah kekasihku, aku menciptakanmu untuk mencari kebaikan di dalam kebaikan, aku ciptakan bumi, langit dan tanah agar kamu mengerti bahwa keindahan itu untuk berbagi bukan dihabisi sendiri, akan tetapi di dalam kehidupan kamu hidup tidak sendiri jadi pahamilah tentang arti, ” hidup untuk menghidupkan”, jiwa saya merasa terpukul bahwa apa yang saya lakukan selama ini memang salah dan bodoh.
Dan akhirnya saya mengerti bahwa perjuangan ini harus dilanjutin mau bagai manapun kondisi yang dapatkan.
Dan pada akhirnya saya kembali berjuang untuk apa menjadi keinginan saya sendiri, saya ingin membanggakan orang orang disekiitar dimana melihat mereka tersenyum itu sudah menjadi ketenangan untuk saya sendiri, dan hari ini saya bukan pecundang, karena sekarang saya tidak diam melainkan sekarang saya akan melangkah lebih jauh lagi, karena saya sadar tuhan itu memang indah selalu memberi kekurangan untuk kelebihan dan begitu pun sebliknya dan hari ini pun saya ingin mendekatkan jiwa ini untuk nadiku sendiri.
“ kemenangan itu dilatih bukan didiamkan dan katakan hari ini, esok atau lusa bahwa pecundang itu hanya pantas bagi orang orang yang tak pernah memikirkan apapun dalam hal perubahan untuk diri sendiri maupun lingkungan“ .


