Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat
begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam
kehidupan di sekujur badannya namun bahagianya di rampas oleh oligarki yang
berdasi, ada bapak agus yang setiap hari berlayar di kegelapan walau hidupnya
di bayang-bayang gelombang yang akan menenggelamkannya, dan ada rangga seorang anak kecil yang bercita-cita sangat
tinggi ia selalu bertanya kepada sang maha, kapan aku bisa sekolah?.
Peradaban ini sangat kejam, semua buta dan bisu pada
kemanusiaan, marsinar lihatlah mereka, begitu sakitnya luka setiap hari yang
mereka rasa, tapi aku banyak belajar dari mereka, aku belajar tentang
menghargai hidup ini, aku belajar tentang bahagia walau hidup di hantam karang
dan lautan.
Aku punya semangat untuk membawamu kedalam jurang-jurang
tangisan mereka, berjalan bersama, membangun asa dan mimpi-mimpi di dalam
hidupnya, aku ingin matamu terbuka dengan lebar melihat sebuah penderitaan yang
nyata.
Marsinar, sungguh kita ini bukan apa-apa dan tidak akan
pernah menjadi apapun bila setiap hari tidak menanamkan kehidupan di dalam
tubuh ataupun perjalan, kita patut bergerak bersama, melukis, memotret bahkan
bila perlu kita berteriak dan membangunkan semua orang agar saling membantu dan
mengasihi sesama bukan tentang membangun investasi atau memperkaya diri,itu salah
besar, kekayaan yang terbesar adalah bukan seberapa banyak uang yang kita
kumpulkan melainkan seberapa banyak manusia yang kita selamatkan dan hidupkan
kembali mimpi-mimpimya.
Bersedih secukupnya,menangislah sejenak, karena kita berhak
merdeka dengan sehormat-hormatnya, hidup ini hanya sebentar, lebih baik kita
turun dan lakukan sebuah perjuangan untuk kemanusiaan, marinar, aku hanya
selalu mengingatkan dan menyampaikan agar doa-doa ini tidak pernah pudar pada
kisah dan kasih yang sangat mulia.
Pelajaran yang terdidik, bersikap tenang pada tindakan,
tertawa bersama pada gubuk-gubuk yang akan membuat kita menjadi seorang manusia
yang terkasih, marsinar, kita perlu belajar pada sejarah, Karena perjuangan
kemanusiaan akan selalu di ingat ribuan kertas hingga sampai abu-abunya.
Kita patut mencintai, memiliki semua penderitaan yang mereka
rasa, karena dengan mata terbuka semua akan terlihat nyata.
Aku ingin kita menjadi sepasang kekasih yang tidak hanya
memikirkan diri sendiri, bahkan bila perlu kita bunuh egosentris ini secara
pelan-pelan, kita buang jauh segala ketakukan ini.
Kita patut hidup dan tumbuh pada kemanusiaan, marsinar aku
mencintaimu.

