Minggu, 08 September 2019

Rindu yang menggugat


kasihku, kutanamkan biji biji penyadaran pada tubuhmu, lihatlah gubuk gubuk yang tertindas peradaban
Kupeluk tangisan rembulan pada kebebasan untuk menghidupkan
Lantangkan suaramu untuk melawan kesenjangan
Bangunkan tubuhmu dalam penjara gincu yang menawan
Jika tertindas dan penindasan membuatmu malu untuk menyuarakan kaum wanita yang melawan
Maka kecuplah bunga kamojang dalam keheningan
Kau akan merasakan sepi dalam peradaban
Karena sejatinya kesepian akan membawamu kedalam lubang perubahan

Kasihku, aku ingin mencintaimu dengan merdeka, hidupkan jiwa dan raganya
Dunia ini penuh kepalsuan
Banyak orang yang  mengatakan cinta demi menikmati selakangan
Tapi buta akan rintihan kemanusiaan

Kau harus mengerti dalam dogma cinta peradaban ini
Semua menyajikan kemewahan demi kebutuhan
Semua memilih diam dibandingkan untuk melawan
Semua lebih memilih berhenti dibandingkan untuk berjuang

Aku tak mengerti dengan semua ini ?
Ingin ku ajak jiwamu untuk berlari ‘
Ingin aku ajak bola matamu untuk melihat reruntuhan bangunan yang tetrindas bangsa ini
Ini ku ajak hidungmu untuk merasakan asap asap pabrik yang merusak lingkungkan

Kasihku, kau harus benar-benar mencintai dalam revolusi
Jika hanya kau diamkan ragamu dalam tempat tidur
Aku tak ingin melihatmu menjadi bangkai jelita dari korban pembobohan peradaban ini

Sekalipun hari ini kau tak bermekar
Maka akan ku lakukan penanaman kesakitan kemanusiaan dalam cinta yang penuh kebahagiaan

Kau harus bangun dan aku akan tetap mencintamu


           


Jumat, 06 September 2019

surat untuk kekasih


Sumber penderitaanku yang terbesar adalah dari sebuah keinginan yang terlalu tinggi, maka jika aku harus terjatuh ke dalam jurang yang gelap sekalipun, akan ku katakan pada bunga mawar dan kamojang bahwa aku tidak akan mudah mati dengan rayuan parasmu yang jelita atapun omong kosong manusia abal-abal, dan sekalipun aku menjadi manusia yang gagal untuk menghidupkan keadilaan, maka biarkan aku menjadi pecundang bagi jiwa dan ragaku sendiri.

Aku akan pergi,kukemas segala penderitaan cinta ini lalu akan kulemparkan ke dalam rangkaian konotasi dogma-dogma kebodohan, aku akan singgah di dalam paguyuban yang di penuhi kisah dan kasih kontradiksi  manusia anti oligarki.

Jangan terlalu cepat menafsirkan apa yang telah terjadi saat ini, kita hanya sebagai tersangka di asingkan waktu yang sangat cepat, aku pergi, sampai jumpa di lain hari yang akan mempertemukan bola matamu dengan tulisan ini, sekalipun bayanganku kau lemparkan ke dalam jurang buangan, maka ijinkanlah diksi-diksi ini menyapamu dalam problematika peradaban, kekasih, sampai jumpa di laut, gunung dan tanah, karena jiwaku akan selalu ada di antara mereka.

semua akan kembali sepi, meninggalkan setiap jejak-jejak kehidupan, cepat atau lambat kita akan pulang ke dalam jurang kegelapan, semua nya akan punah hanya bisa kita ratapi dalam kenangan kerangka batu nisan.

Tapi aku tidak ingin melihatmu terpenjara dalam lorong kegelapan menikmati paras jelita lalu terpincut dengan gincu yang merona, kasihku kini masa mudaku  kuhabiskan waktu dengan menikmati segala sepi dan sunyi karena bagiku sejatinya hidup adalah,” kesepian, semua akan kembali sendiri di temani riuhnya angin malam dan harapan yang tak henti-hentinya menghantui setiap jejak-jejak dialektika romansa”.

Kasihku,tiba saatnya aku ingin mengatakan kepada pemilik semesta, jika perjuanganku saat ini sia-sia, maka pulangkanlah aku terlebih dahulu agar aku dapat mencaci semua kesalahanku.

Namun percayalah kasihku, sejatinya  perjuangan :tidak ada manusia yang di lahirkan sia-sia.
Aku mencintaimu.




Surat untuk marsinar #2

Marsinar, perjalanku kini sudah terlalu jauh, aku melihat begitu banyak penderitaan di desa-desa, ada ibu imas yang setiap hari menanam ke...